Nama Haruna Soemitro menjadi perbincangan hangat sepanjang Senin (17/1). Bahkan ada tagar #HarunaOut di Twitter, usai mengomentari perihal keberadaan Shin Tae Yong di Timnas Indonesia.
Dalam siniar sebuah media, Haruna mengemukakan hal-hal yang terjadi dalam rapat evaluasi dengan pelatih Timnas Indonesia tersebut.
Haruna berujar Shin Tae Yong merasa tersinggung dengan kritik terkait kegagalan Indonesia di Piala AFF 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tersinggungnya itu bisa dibilang begini, Indonesia itu kalau hanya runner-up sudah biasa," ujar Haruna kepada CNNIndonesia.com.
"'Sebelum Anda itu [Indonesia] sudah lima kali jadi runner-up'. Ya ada atau tidak adanya Shin Tae Yong itu prestasi tertinggi kita itu runner-up," tambahnya.
Haruna yang sedang naik daun saat ini adalah 'orang lama' di dunia sepak bola Indonesia. Haruna merupakan salah satu anggota Exco PSSI. Pada pemilihan Exco 2019 lalu, Haruna mendapat 45 suara.
Sebelum menjabat sebagai salah satu anggota komite eksekutif PSSI periode 2019-2023, Haruna sudah pernah menjadi pengurus dan petinggi di beberapa klub.
Haruna pernah menjadi manajer Persebaya pada 2003, di saat kesebelasan kebanggaan ibu kota Jawa Timur itu mengalami krisis finansial dan harus degradasi ke divisi satu.
Selain merapat ke Persebaya, karier Haruna di sekitar lapangan hijau juga harum berkat keberhasilan menjadi manajer tim PON Jawa Timur pada 2004.
Dalam PON 2004 di Palembang, Jawa Timur yang diperkuat beberapa pemain seperti Budi Sudarsono dan Hamka Hamzah tampil sebagai juara bersama dengan Papua.
Haruna juga sempat menjabat ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Timur. Ketika menjabat posisi tersebut, Haruna sempat dikaitkan dengan kasus suap yang muncul menjelang pemilihan Komite Eksekutif PSSI pada 2011
Haruna kemudian kembali mendapat panggung ketika gabung ke Madura United. Bersama tim Laskar Sappe Kerab, Haruna sempat menjabat sebagai manajer dan direktur teknik.
(nva/har)