LIPUTAN KHUSUS

Mengintip Gaji, Cuan, dan Masa Depan Atlet Esports Indonesia

CNN Indonesia
Rabu, 09 Mar 2022 18:44 WIB
Secara umum, pendapatan atlet Esports masih belum tergambar jelas. (AFP/MARIA TAN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Seiring dengan membesarnya industri gaming dan Esports mulai dipertandingkan di ajang multievent, atlet Esports kini sudah menjadi sebuah profesi yang ditekuni sejumlah orang. 

Dalam sebuah profesi, iming-iming pendapatan dan kesejahteraan adalah salah satu daya tarik yang membuat profesi tersebut menarik minat dan digemari.

Namun, berkaca pada situasi di Indonesia, pilihan karier di bidang Esports sesungguhnya masih belum benar-benar jelas.

"Esports ini barang baru, atletnya masih baru, selesai jadi atlet (jalan kariernya) juga belum jelas walaupun orang berpikir bisa jadi pelatih," ucap Dewan Kehormatan IESPA, Eddy Lim.

"Beda dari sepak bola yang lama jejaknya itu sudah kelihatan. Awalnya jadi pemain bola, kalau jago jadi pelatih. Sudah terlihat. Nah kalau Esports ini masih baru, apakah selesai main mereka sudah lewat umurnya gak mau main lagi, langsung main bisnis, kan bisa juga," 

Menurut Eddy Lim, belum ada jejak kesejahteraan yang bisa digambarkan secara utuh terkait pilihan profesi sebagai atlet Esports.

"Kita masih belum lihat, kesejahteraan itu otomatis adalah dari sisi pemainnya. Sebenarnya, nilai plusnya Esport adalah membuat mereka aware dengan teknologi. Mereka jadi menyukai teknologi. Jadi ketertarikannya dengan teknologi ini mungkin nanti bisa mensejahterakan mereka di kemudian hari," ucap Eddy Lim.

Menurut Eddy, saat ini kesejahteraan bukan didapat saat menjadi atlet melainkan saat menjalani profesi yang mendukung kebutuhan atlet Esports. Contohnya, menjadi publisher, programming, event organizer game online, atau lainnya.

"Contoh, pendiri Gojek pernah ngomong, dulu dia juga main game. Teman-temannya juga hobi main game. Dari game itu semuanya jadi suka ngoprek-ngoprek teknologi, komputer diotak-atiklah. Artinya, kalau sudah suka komputer, suka juga programming, pasti dia akan cinta dengan dunia teknologi yang kemudian bisa jadi pekerjaan. Jadi bukan sekadar jadi pemain gamenya," ucap Eddy.

"Jadi kesejahteraannya ada dimana, ada di sana [di sekeliling atlet Esports]. Karena kita tahu, olahraga manapun, ada umurnya. Setelah umur 30 atau 35 selesai. Mau bicara kesejahteraan apa? Sejahtera itu setelah umur 35 itu dia ngapain," ujar Eddy menambahkan.

Dewan Kehormatan IESPA, Eddy Lim (kedua dari kanan) bicara soal kesejahteraan atlet Esports. (Dok IESPA)

Karena itu Eddy mengingatkan agar seseorang jangan hanya menggantungkan nasib sebagai atlet Esports. Pasalnya, peluang atlet Esports untuk benar-benar sukses dan bergelimang kesejahteraan masih kecil.

"Sekarang banyak orang yang berkecimpung di Esports, ngomongnya tuh kalau di Esports ada karier. Saya sebagai mantan Ketua Umum IESPA, saya bilang tidak ada karier. Karier ada, tapi 0,0000000001 persen. Jadi jangan gantungkan karier di sana [sebagai atlet Esports]," ucap Eddy Lim.

"Kamu akan tahu sendiri, kamu punya bakat atau enggak. Sebab, hanya berapa puluh orang dari berapa ratus juta orang yang menjadi sukses di Esports. Jadi, jangan sampai gara-gara ada info kalau Esports bisa jadi karier, anak-anak jadi berhenti sekolah. Ingat, Esports itu selain butuh kekuatan fisik, juga harus pintar pelajaran atau otaknya harus pintar. "

Eddy mencontohkan dari 100 orang yang ikut turnamen hanya satu orang yang sukses yakni yang keluar sebagai juara dan mendapatkan hadiah.

"Seratus orang yang main, juaranya berapa? Satu. Kalau yang main 1 juta pemain, juaranya berapa? Satu. Yang main 100 juta, yang juara berapa? Satu. Pemain top misalnya Jess No Limit beli Ferrari, wah keren, saya juga mau kayak dia. Tapi, itu hanya satu yang sukses dari berapa pemain di Indonesia," kata Eddy Lim.

Jadi, menurut Eddy, silahkan seseorang memilih atlet Esports sebagai karier, namun dia harus tetap mempersiapkan kondisi ekonominya di masa depan.

"Silahkan jadi atlet Esports tapi juga harus punya persiapan yang lain. Jadi enggak bisa hanya menggantungkan karier pada Esports," kata Eddy.

"Di Indonesia banyak yang lupa setelah pensiun banyak yang enggak punya apa-apa. Jadi dari sekolah semuanya ditinggal, itu kalau mau hidup seneng sampai tua itu sedikit sekali. Jadi selagi kamu dimasa keemasan kamu boleh berkarier sana. Tapi kamu juga tahu sampai umur 30 kamu akan berakhir. Jadi kamu enggak bisa hanya mengharapkan ini."

Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>

Karier Luas dan Gambaran Gaji di Esports


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :