Dalam lebih dari satu tahun terakhir, Jonatan Christie seperti sering kehilangan kepercayaan diri yang di lapangan. Ia tak bisa menikmati permainan dan kemudian lebih sering berdiri sebagai pihak yang terdesak keadaan dan situasi pertandingan.
Dalam hati Jonatan mungkin kemudian muncul tentang pertanyaan tentang-tentang kemampuan, arti dan kapasitas diri. Ketiadaan gelar di nomor perorangan selama lebih dari dua tahun membuat Jonatan benar-benar kesulitan.
Selepas juara di Swiss Open, Jonatan bakal dihadapkan pada tantangan untuk kembali ke trek semula, sebagai salah satu pemain yang bisa diharapkan memikul kejayaan tunggal putra Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tantangan bakal banyak hadir untuk Jonatan, termasuk soal status ranking BWF yang masih dibekukan saat ini. Dalam drawing tiap turnamen saat ini, Jonatan sejatinya 'tertolong' situasi bahwa ranking BWF dibekukan sehingga ia masih bisa sering masuk daftar unggulan.
Namun cepat atau lambat, pembekuan ranking dari BWF bakal berakhir, mungkin ketika jadwal turnamen tidak lagi terkendala pembatalan akibat pandemi covid-19.
Antisipasi untuk penghapusan pembekuan peringkat BWF itu yang harus disegerakan oleh Jonatan. Di turnamen-turnamen berikutnya, sebelum pembekuan peringkat BWF dilepaskan, Jonatan wajib mengumpulkan banyak poin demi menjaga posisinya di peringkat BWF setinggi mungkin.
Pasalnya lepas dari zona delapan besar akan jadi kerugian di atas kertas karena itu berarti Jonatan akan berisiko bertemu lawan-lawan berat sejak babak pertama.
Selain itu Jonatan harus kembali yakin pada cara main yang ia terapkan. Bila keunggulan Jonatan adalah perihal stamina, itu yang harus ditonjolkan dan jadi andalan.
Jika stamina Jonatan adalah senjata utama, tentu juga harus dibarengi permainan yang bersih dan minim kesalahan.
Hal lain yang harus diperhatikan, Jonatan harus secara tegas menanamkan keyakinan dan kepercayaan diri di dalam hati. Jonatan harus mengingat bahwa perjalanan kariernya tak melulu berisi kegagalan.
Ada kemenangan-kemenangan penuh arti yang pernah dipersembahkan oleh Jonatan seperti emas Asian Games 2018 dan yang belum lama adalah memulangkan Piala Thomas setelah 19 tahun hilang.
Di usia 24, Jonatan harus sadar bahwa masih banyak hal yang bisa ia perjuangkan.
(har)