Dalam keseharian, bagaimana hubungan kamu dengan Ahsan/Hendra?
Saya masih sungkan banget sampai sekarang, tidak terlalu dekat malah. Kalau mereka tidak mengajak ngobrol, kami tidak ngobrol. Saya masuk di awal 2017 tetapi masih sungkan sampai sekarang.
Mungkin karena dari wibawa mereka, jadi kelihatan berbeda. Sama Kevin/Marcus, juga sungkan. Sebenarnya kalau sama senior, bila tidak diajak ngobrol duluan, kami gak ngobrol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalau sama Fajar lebih sering, karena dia lebih sering mengajak ngobrol, sama Rian juga sama.
Lihat Juga : |
Sebagai pemain, apakah kamu pernah takut terkena degradasi?
Dari saya sendiri, pasti ada rasa takut setiap tahun. Paling mendebarkan menurut saya di akhir tahun 2021 kemarin, karena kami sempat ada di paling bawah. Apalagi kami terhitung sudah lumayan lama di pelatnas.
Tetapi setelah itu pelatih bilang bahwa posisi kami masih aman di pelatnas jadi rasa percaya diri saya kembali meningkat.
Jelang 2022, Koh Herry bilang untuk tetap semangat dan jangan sia-siakan turnamen. Sayang kalau sampai didegradasi karena kami sudah fokus dan menaruh prioritas di badminton.
Kalian baru mulai merangkak naik di 2019 lalu kemudian pandemi covid-19 melanda. Setelah itu, kalian tersusul oleh Leo/Daniel dan Pramudya/Yeremia. Bagaimana melihat hal itu?
Sebagai partner, saya dan Fikri saling memberi semangat agar kami tidak kalah dengan ganda-ganda lain di pelatnas Cipayung.
Saat tak masuk dalam skuad Piala Thomas 2020 tahun 2021 lalu, apakah kamu kecewa?
Ya sempat menyesal juga karena kami ada di posisi tiga terbawah. Saat seleksi kami tidak ikutan. Tetapi akhirnya ya kami berpikir tidak apa-apa karena mungkin rezeki kami bukan di Piala Thomas. Dari hal itu kami yakin bakal ada hikmahnya.
![]() |
Bagaimana keseharian kalian dengan Leo/Daniel dan Pramudya/Yeremia yang juga bersaing di nomor ganda putra?
Kami akrab. Pelatih selalu bilang bahwa kami adalah musuh bila bertanding di lapangan tetapi kawan bila di luar lapangan.
Pernah kesal sama Fikri selama berpasangan?
Rasa kesal sedikit sih ada, tetapi paling saya tahan. Namun yang serius dan besar tidak ada, karena Fikri juga orangnya enak.
Bagaimana perjalanan karier kamu hingga akhirnya masuk Pelatnas Cipayung?
Saya lahir di Cilacap tetapi besar di Pondok Gede. Saya masuk PB Djarum kelas 2 SMP saat umur 14 tahun. Dari situ sudah mulai berpisah dengan orang tua karena harus masuk asrama.
Pertama kali masuk asrama tentu menangis karena pisah sama orang tua dan semuanya harus mandiri. Sempat tidak terbiasa dan malah berpikir untuk keluar.
Namun saya bisa bertahan karena banyak puya teman yang sefrekuensi hingga bisa akrab di sana. Saya bisa masuk pelatnas karena juara di Kejurnas. Saat masuk pelatnas, saya tentu tak menyangka dan sempat takut tidak bisa mengimbangi situasi di pelatnas.
Kamu punya postur tinggi dan smes keras. Apakah dari dulu sudah seperti itu?
Awalnya postur saya kecil tetapi di PB Djarum semakin besar. Untuk smes, saya latihan pakai raket berat demi menambah power, juga berlatih di gym.
Apa kamu punya pemain idola di luar pemain Indonesia?
Tidak ada. The Daddies itu idola saya. Saat pertama lihat di Pelatnas, saya berpikir, 'Wah gila banget mainnya'. Lalu kami bisa berlatih bersama bahkan bisa main bareng, apalagi di final All England.
Lihat Juga : |
Bisa diceritakan dampak kemenangan di All England terhadap media sosial kamu? Apakah followers meningkat pesat?
Iya, jumlah followers meningkat pesat, yang WA banyak, yang DM banyak. Dari orang yang tidak kenal banyak yang chat. Sebelumnya paling fans yang dari dulu sudah dukung doang. Setelah juara All England, hape saya tiga hari getar terus. Banyak yang mention saya di story mereka.