Kongres PSSI baru saja berlangsung pada Senin 30 Mei di Bandung, Jawa Barat. Nyaris tak ada ide besar dalam kongres kali ini, selain hanya kehebohan banyak klub berganti nama dan kandang.
Isu training centre yang jadi janji Mochamad Iriawan sebelum dan sesudah terpilih menjadi Ketua Umum PSSI periode 2019-2024, kembali jadi wacana. Sampai-sampai Menpora Zainudin Amali ambil bagian.
Menteri yang mengampanyekan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) ini menyebut fasilitas olahraga Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung bisa menjadi 'kawah candradimuka' sementara PSSI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Ini disampaikan Amali saat memberi sambutan pembukaan Kongres PSSI 2022. Mungkin, menteri asal Gorontalo itu ikut menyimak keriuhan yang disulut Shin Tae Yong: tekan PSSI untuk membuat training center!
Saya jadi teringat dokter bola Indonesia, Endang Witarsa. Endang pernah berkata, "Lapangan adalah ruhnya klub sepak bola. Tanpa lapangan milik sendiri, klub susah maju."
Begitupun PSSI. Tanpa lapangan sendiri, jangan berharap bisa bertransformasi jadi Macan Asia. Mimpi. Jangankan mengulang kisah 1956 di Australia dan 1958 di Tokyo, terdepan di kawasan Asia Tenggara pun payah.
Itu kiranya hanya halusinasi atau bahkan masturbasi intelektualitas di tengah taktik politik ada udang di balik batu. PSSI jangan lagi jadi kendaraan politik seperti dilakukan Edy Rahmayadi.
![]() |
Namun, menghakimi PSSI, Iriawan terutama, pada masa awal pasca badai Covid-19 ini, bisa prematur. Bukan tak mungkin Iriawan membuat gebrakan-gebrakan dengan ide-ide besar monumental yang terwujud.
Siapa yang tahu jika nantinya Iriawan benar-benar berhasil membangun training center PSSI sebelum 2024, menggalakkan lagi pelatihan wasit dan pelatih, juga menaikkan kualitas kompetisi.
Tak ada yang tahu bila kemudian Iriawan sukses memenuhi janji kampanye memberi subsidi Rp15 miliar kepada segenap klub Liga 1 dan jadwal liga paten. Tak ada yang tahu. Asal bukan Iriawan yang tidak tahu.