Dari pertandingan melawan Kuwait, sedikitnya ada tiga titik lemah paling kentara dari Timnas Indonesia. Hal ini tercermin jelas selama 90 menit pertandingan di Stadion Jaber Al Ahmad.
Pertama, garis pertahanan mulai kendor setelah 25 menit. Komposisi yang rapi dan terstruktur mulai agak berantakan setelah 30 menit. Berkali-kali lawan bisa bebas menusuk ke dalam zona bahaya.
Gol Kuwait pada menit ke-41 jadi bukti. Berawal dari umpan silang ke sayap, sebuah umpan lambung bisa dilepas tepat di area kotak penalti dan ditanduk Yousef Nasser karena tak bisa dijangkau Rizki Ridho.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pratama Arhan yang tidak dalam kondisi ideal serta tak punya jam terbang bersama Tokyo Verdy, membuat sentuhannya belum optimal. Posisi Arhan jadi salah satu titik lemah serangan.
Kedua, lambat dalam transisi negatif. Setiap selesai melakukan serangan, pemain yang ikut naik membantu penyerangan tak sigap turun saat ditekan balik. Gol Kuwait berawal dari lemahnya hal ini.
Marc Klok, gelandang Timnas Indonesia yang jadi katalisator tim, beberapa kali terlihat kesal dengan hal ini. Pemain Persib Bandung ini berteriak-teriak meminta rekannya cepat membantu bertahan.
Dan ketiga fokus yang hilang. Shin Tae Yong beberapa kali tertangkap kamera menunjukkan gerakan dua jari kanan dan kiri diletakkan di kepala sambil berteriak 'fokus' kepada pemain.
Fachruddin dan Ricky Kambuaya yang sempat dipanggil Shin saat water break pertandingan juga dipesan kalimat yang sama. Persoalan fokus ini utamanya jadi masalah di 15 menit akhir laga.
Melawan Yordania yang memiliki kolektivitas permainan rapi juga postur yang cukup menjulang, tiga kelemahan ini bisa lubang. Jika tak segera diperbaiki, akan menjadi senjata makan tuan.
Berharap menang melawan Yordania rasanya agak berlebihan, tetapi bagi Shin tak ada yang mustahil dalam sepak bola. Kisah Korea Selatan melawan Jerman di Piala Dunia 2018 adalah cerminannya.
(abs/abs/rhr)