Jakarta, CNN Indonesia --
Jarum jam belum menunjuk tepat ke angka delapan saat Timnas Amputasi Indonesia tiba di lapangan mini soccer Serenia Hills, Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Rabu (27/7).
Pelatih Timnas Amputasi Indonesia, Bayu Guntoro beserta stafnya langsung menyiapkan kebutuhan latihan. Beberapa pemain juga ikut membantu tata letak cone dan bola yang akan dipakai.
Tepat pukul 08.00 WIB latihan dimulai. Sinar matahari yang sangat terik membuat keringat pemain sudah mengucur sebelum latihan. Namun hal itu justru membuat pemain terlihat lebih bersemangat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pemain memakai sepatu masing-masing. Ada yang memakai sepatu hanya untuk kaki kiri, ada pula yang menggunakan sepatu untuk kaki kanannya.
Atlet sepak bola amputasi memang hanya boleh menggunakan satu kaki selama latihan dan bertanding. Mereka tidak diperkenankan memakai kaki palsu.
Sebagai gantinya, mereka harus bertumpu pada sepasang tongkat yang dipasangkan di kedua lengan.
[Gambas:Video CNN]
Tongkat itu didesain khusus untuk olahraga. Bahannya dari berbagai macam logam. Tapi yang dipakai pemain Timnas Amputasi Indonesia, bahan tongkat berasal dari baja stainless ringan sepanjang kurang lebih satu meter.
Setelah rampung memakai sepatu, jersey, dan menyetel tongkat masing-masing, pelatih langsung memberi instruksi untuk berkumpul di lapangan. Latihan dibuka dengan doa.
Pelatih kemudian memberi aba-aba kepada anak asuhnya untuk membuat semacam barisan untuk melakukan pemanasan. Gerakan peregangan tidak jauh berbeda pada umumnya.
Pemantapan teknik dasar menjadi menu latihan berikutnya pada program harian. Seluruh pemain diminta untuk saling oper satu sama lain. Di sinilah pekik teriakan pelatih mulai terdengar.
"Kontrol, passing, kontrol, passing!" teriak Bayu.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Setiap pemain punya ciri khas dalam mengontrol bola. Sang kapten Timnas Amputasi Indonesia, Aditya menahan bola dengan bagian dalam kaki kirinya. Namun bagi pemain lain seperti Ajis Pirmansyah lebih sering menggunakan punggung kaki sebelum mengoper bola.
Selepas latihan operan para pemain wajib mengikuti sesi dribble. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri karena mereka harus menggiring bola dengan gerakan zig-zag sembari menjaga keseimbangan dengan tongkat di kedua tangan.
Para pemain sukses melakukan sesi itu dengan baik. Pelatih kemudian mengasah kekuatan tendangan seluruh pemain sekaligus menggodok refleks kiper dengan latihan sepakan one-on-one.
Tak terasa jarum jam menunjukkan pukul 09.00 WIB. Namun pelatih ternyata belum menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri program. Ia kemudian memerintahkan anak asuhnya berkelompok menjadi dua tim untuk sesi mini match.
Pertandingan mini match diramu dalam dua babak dengan durasi masing-masing 10 menit. Berbeda dari pertandingan resmi yang berdurasi 2x25 menit.
Perbedaan peraturan lainnya pada sepak bola amputasi dan sepak bola umum terletak pada jumlah pemain. Masing-masing tim terdiri dari tujuh pemain sudah termasuk kiper.
Kemudian ada dua wasit yang berada di sisi kiri dan kanan lapangan. Tidak ada offside dan jika bola menyentuh tongkat sengaja atau tidak sengaja maka dianggap pelanggaran.
Tempo latihan semakin intens saat Timnas Amputasi Indonesia menggelar latihan pertandingan. Kedua tim saling serang dengan tempo cepat. Ini membuktikan bahwa Timnas Amputasi Indonesia nampak mumpuni.
Timnas Amputasi akan berlaga di Piala Dunia Amputasi 2022 di Turki, 1-9 Oktober mendatang. Ini merupakan sejarah karena untuk pertama kalinya Timnas Amputasi Indonesia tampil di pentas dunia.
Mereka menargetkan lolos ke babak delapan besar. Dukungan seluruh rakyat Indonesia sangat diperlukan untuk memompa semangat Aditya dan kawan-kawan untuk mengharumkan nama bangsa.
[Gambas:Photo CNN]