Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia tergabung di Grup A Piala AFF 2022 bersama Thailand, Filipina, Kamboja, dan pemenang antara Brunei Darussalam versus Timor Leste.
Sekilas Grup A ini mudah, tetapi juga bisa berbahaya serta jadi bumerang bagi Timnas Indonesia.
Mudah karena bisa dibilang hanya Thailand yang berpotensi menyulitkan. Filipina memang tidak bisa diremehkan, tetapi banyak aspek yang memperlihatkan Tim Garuda lebih unggul dari tim berjulukan Anjing Jalanan, The Azkals.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbahayanya, persepsi 'terlihat mudah' tersebut membuat performa Timnas bisa tak maksimal. Pada edisi 2014 misalnya, digadang-gadang bisa lolos mudah dari babak grup, Tim Merah Putih malah berada di urutan ketiga Grup A.
Hal sama terjadi pada edisi 2018. Berada di Grup B yang mirip dengan grup edisi 2022 kecuali Singapura, Timnas Indonesia jadi bulan-bulanan. Namun situasi saat itu tidak ideal karena setelah Luis Milla menolak perpanjangan kontrak.
Bima Sakti yang jadi pelatih pengganti gagal mengangkat harkat tim. Saat itu kondisinya cukup mencengangkan, sebab pemain yang tampil di Piala AFF 2018 tak jauh berbeda dengan skuad saat Asian Games 2018. Pada momen inilah Bima diserang habis-habisan oleh netizen.
Kini Timnas Indonesia sudah diarsiteki Shin Tae Yong. Pada edisi perdananya di Piala AFF (2020), pelatih asal Korea Selatan ini mempersembahkan posisi runner up. Akankah pada edisi keduanya ini gelar tercapai?
Jika mengacu ranking FIFA tidak mungkin. Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia lebih baik dari Indonesia. Namun harus digarisbawahi, peringkat FIFA sama sekali tak bisa jadi tolok ukur meraih gelar juara.
Tidak dimungkiri Vietnam dan Thailand masih yang terdepan. Kedua tim punya skuad yang merata di semua posisi dan sedang dalam era kejayaan. Situasi ini yang harus disiasati Shin Tae Yong sejak dini.
Maksudnya Shin Tae Yong harus merancang program yang membuat pemain bisa dalam kondisi terbaik di akhir turnamen. Sejarah membuktikan pemain Timnas Indonesia seperti masuk angin saat berada di partai final.
Seperti ada bayang-bayang kegagalan yang berbuah kutukan. Tampil digdaya selama fase grup juga semifinal, bisa berujung main kacau di final. Leg pertama edisi terakhir, melawan Thailand, bisa menjadi cerminan.
Kabar baiknya, pada akhir tahun ini tak akan ada banyak gangguan soal pemanggilan pemain. Berlangsung setelah Piala Dunia 2022 di Qatar, sebagian besar klub sedang libur Natal dan tahun baru, sehingga bisa melepas pemain.
Baca kelanjutan berita ini pada halaman berikutnya>>>
Dari edisi pertama Piala AFF pada 1996 hingga edisi ke-13 pada 2020 yang digelar pada 2021, Timnas Indonesia datang ke turnamen dengan kondisi tidak ideal. Pemain datang saat kompetisi baru rampung atau sedang di fase akhir.
Jadwal kompetisi sepak bola Indonesia sering berbeda dengan liga ASEAN lain. Biasanya kompetisi sepak bola dalam negeri rampung paling akhir. Ini membuat persiapan menuju kejuaraan tidak maksimal.
Pada situasi tersebut, pemain dalam fase kejenuhan. Ini berbeda dengan Thailand atau Vietnam yang biasanya punya waktu rehat dua hingga empat pekan sebelum dipanggil federasi untuk mengikuti pemusatan latihan.
Datang ke timnas setelah kompetisi satu musim membuat para pemain tampil sangat lelah. Meski akhirnya bisa mencapai final, lawan bisa memanfaatkan kebugaran untuk menekan. Pada saat yang sama psikologis pemain juga tak seoptimal tim lainnya.
Jika tidak, ada keributan antara pelatih Timnas dengan klub. Dengan Piala AFF bergulir di akhir musim kompetisi, klub tak rela melepas pemainnya. Apalagi jika lebih dari tiga pemain. Karena itu ditempuh jalan tengah.
Biasanya klub hanya melepas dua hingga tiga pemainnya ke Timnas. Ini tak disetujui pelatih Timnas, tetapi pada akhirnya tak bisa berkutik. Kebijakan seperti ini, sebagai contoh, terjadi untuk edisi 2016 dan 2018.
Namun kondisi ini berbeda pada Piala AFF 2022. Kejuaraan ini akan berlangsung di tengah kompetisi, bukan di akhir. Saat Piala AFF berlangsung pada 23 Desember 2022 hingga 15 Januari 2023, Liga 1 baru berlangsung 20 pekan.
Artinya mayoritas pemain dalam kondisi terbaik. Mesin tempur pemain sedang prima-primanya. Dengan kata lain pemain tidak kelelahan dan kejenuhan. Ini menjadi sinyal baik bagi Timnas Indonesia asuhan Shin Tae Yong.
[Gambas:Photo CNN]
Pelatih asal Korea Selatan ini secara terbuka mengakui tak mengistimewakan satu dua pemain. Baginya hanya pemain yang sedang dalam kondisi prima dan performa terbaik yang akan dipanggil ke Timnas Indonesia.
Sudah begitu, jadwal kompetisi di Asia dan Eropa juga bersahabat. Pada Desember 2022 hingga Januari 2023 sebagai besar klub sedang libur karena Piala Dunia 2022 dan libur Natal dan Tahun Baru 2023.
Ini membuat pemain-pemain yang tampil di luar negeri, Egy Maulana Vikri, Witan Sulaeman, Asnawi Mangkualam Bahar, Arhan Pratama, dan Elkan Baggott kemungkinan bisa dipanggil. Dalam hal ini diplomasi PSSI sangat menentukan.
Sudah begitu ada tambahan tenaga pemain naturalisasi. Ketiga pemain tersebut adalah Sandy Walsh, Jordi Amat, dan Shyne Pattinama. Dengan kondisi seperti ini sangat wajar jika memprediksi Timnas Indonesia juara Piala AFF 2022.
[Gambas:Video CNN]