Jakarta, CNN Indonesia --
Petualangan Paris Saint-Germain (PSG) di Liga Champions akan dimulai dengan menghadapi Juventus di Parc des Princes pada Rabu (7/9) dini hari nanti.
PSG punya keuntungan tersendiri karena mengawali babak penyisihan Grup H Liga Champions di Stadion Parc des Princes. Dukungan suporter di arena berkapasitas hampir 48 ribu penonton itu tentu akan meningkatkan motivasi tim untuk mendulang tiga poin perdana.
Terlebih lagi PSG sedang berada di atas angin jika berkaca dari penampilan di kompetisi domestik. Lima kemenangan dan satu hasil imbang tanpa kekalahan mengukuhkan klub ibu kota Prancis itu di puncak klasemen sementara Ligue 1 dengan 16 poin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya perolehan angka PSG sama dengan Marseille. Namun saat memerhatikan produktivitas gol, PSG jauh lebih unggul dengan 24 gol dan empat kali kebobolan sedangkan Marseille baru mencetak 13 gol dengan tiga kali kebobolan.
Taji skuad Les Parisiens begitu terasa tajam saat mengetahui tim besutan Christophe Galtier itu menghajar lawan-lawannya dengan mencetak minimal tiga gol dalam lima dari enam laga di Ligue 1. Hanya AS Monaco yang sukses membendung PSG dengan skor 1-1.
[Gambas:Video CNN]
Rentetan hasil positif otomatis membawa PSG berada di atas angin sebelum laga perdana Liga Champions. Berbeda dengan Juventus yang kurang konsisten di panggung domestik.
Juventus memang belum terkalahkan sejauh ini di Serie A. Namun dua kemenangan dan tiga hasil imbang mencerminkan Bianconeri belum bisa menjaga konsistensi dalam memburu kemenangan.
Hal tersebut membuat Juventus kini masih berkutat di peringkat keenam klasemen sementara Liga Italia. Imbang melawan Fiorentina dan AS Roma menunjukkan ada persoalan ketika Juventus menghadapi tim besar.
Kendati demikian, masih ada aspek positif dari tim arahan Massimiliano Allegri itu dari segi bertahan. Sejauh ini Juventus--bersama Atalanta--menjadi tim enam besar Serie A yang paling sedikit kebobolan hingga pekan kelima (2 gol).
Pertahanan menjadi salah satu kekuatan Juventus saat ini meski tak lagi diperkuat Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci. Nama terakhir bukan lagi pilihan reguler Allegri. Duet Danilo dan Gleison Bremer menjadi benteng baru diprediksi mempersulit bombardir PSG dalam membuka peluang.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Bicara soal peluang, PSG masih mengandalkan trisula Lionel Messi, Neymar, dan Kylian Mbappe. Trio MNM yang semakin padu akan menjadi ancaman nyata bagi setiap tim yang dihadapi PSG.
Buktinya, Neymar dan Kylian Mbappe masing-masing sudah membobol gawang lawan tujuh kali. Kemudian Lionel Messi sudah mencatat tiga gol. Catatan itu mengisyaratkan trio MNM adalah tulang punggung PSG dalam mendulang gol.
Persoalannya, Messi-Neymar-Mbappe harus bisa menjaga konsistensi di setiap turnamen yang dijalani. Jurang persaingan di kompetisi lokal yang timpang memungkinkan ketiga megabintang itu mencetak gol lebih mudah.
Namun jika melirik Liga Champions, bukan tak mungkin ada cerita berbeda yang digoreskan PSG di panggung tertinggi Eropa. Terlebih lagi dengan cerita miring soal keretakan hubungan Messi dan Mbappe beberapa waktu lalu.
Messi dan Mbappe sudah berhasil meredam isu perselisihan dengan kerjasama apik di atas lapangan. Gol demi gol dicetak bergantian oleh bintang Argentina dan Prancis itu di setiap pertandingan.
Akan tetapi masih ada tanda tanya lain yang perlu dijawab oleh trio MNM, sejauh mana mereka bisa membopong PSG di Liga Champions?
Dengan rekaman sejarah yang tidak sepanjang tim-tim elite lain di level Eropa, beban Messi-Neymar-Mbappe sangat berat dalam misi membawa PSG juara Liga Champions untuk pertama kalinya.
Sebab, terdapat tren penurunan prestasi sejak PSG menembus partai final pada Liga Champions edisi 2019/2020. Sejak dikalahkan Bayern Munchen di laga puncak dua tahun lalu, PSG hanya lolos hingga semifinal di musim 2020/2021 dan tumbang di babak 16 besar musim 2021/2022.
Nasser Al-Khelaifi sebagai presiden PSG tentu tidak ingin menyaksikan timnya terus anjlok di level kontinental. Lolos babak penyisihan layak jadi target minimal PSG agar setidaknya bisa menyamakan pencapaian musim lalu.
Melawan Juventus adalah tantangan pertama PSG dalam meniti jalur menuju mimpi juara. Debut Christophe Galtier di Liga Champions bersama PSG menjadi ajang pembuktian juru taktik lokal itu tak hanya beringas di negara sendiri.
Galtier harus bisa memadupadankan pengalaman Messi dan Neymar dalam memoles potensi yang dimiliki Mbappe. Kemenangan demi kemenangan bukan hal mustahil meski berhadapan tim sekelas Juventus sebagai hidangan pembuka.
[Gambas:Photo CNN]