Tragedi kerusuhan yang menimpa Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10) malam menjadi sorotan. Suasana mencekam terasa saat detik-detik kerusuhan terjadi.
Salah satunya digambarkan oleh wartawan Transmedia, Abdul Malik. Berdasarkan pemantauannya, hingga beberapa jam setelah gas air mata ditembakkan, udara masih terasa begitu pekat dan banyak penonton mulai tumbang.
Menurutnya, awak media yang saat itu berada di tribun VIP turut menyelamatkan diri akibat tembakan gas air mata. Jika di tribun VIP saja mata terasa pedih, Abdul tak membayangkan suasana yang terjadi di tribun ekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ada gas air mata, media juga menyelamatkan diri. Di dalam perih, padahal media ada di tribun VIP. Sulit membayangkan yang di tribun ekonomi," kata Abdul, dalam laporannya pada CNNIndonesia TV, Minggu (2/10)..
Saat kericuhan reda, Abdul ikut membantu korban di tribun ekonomi. Ia menyaksikan saat itu banyak korban berjatuhan dan belum dievakuasi.
"Saat kericuhan mereda, [saya] kembali ke dalam untuk mencoba menyelamatkan korban di tribun ekonomi. Masih banyak yang tergeletak, belum dievakuasi," katanya.
Abdul menuturkan tembakan gas air mata dilepas sekitar 10 menit usai pertandingan yang berakhir sekitar pukul 22.00 WIB. Ia mengaku kembali masuk sekitar pukul 1 dini hari. Pekat dan perihnya gas air mata masih terasa saat itu.
Abdul dan beberapa awak media mendapati banyak yang korban tergeletak di tribun ekonomi. Sebagian masih sadar, tetapi ada pula yang telah tak bernyawa. Abdul juga sempat mengevakuasi dua korban tewas.
Terkait penggunaan gas air mata sendiri, awak media sempat menerima keterangan dari Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta bahwa tembakan merupakan SOP dari pihak kepolisian.
"Menurut kapolda, itu [menembakkan gas air mata] sesuai SOP," ujarnya.
Menurut Abdul, pihak Kapolres Kabupaten Malang sudah melakukan pengamanan semaksimal mungkin. Namun harus diakui, katanya, bahwa pertandingan Arema vs Persebaya merupakan derby terpanas.
"Pemain sudah dievakuasi ke tempat aman. (penonton) Semakin lama semakin banyak, kalau tidak pakai gas air mata aparat kewalahan, akhirnya disemprotkan," kata Mahfud kepada CNN Indonesia TV,
Arema sendiri diketahui tak pernah kalah melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan selama 23 tahun. Atmosfer panas begitu kentara terasa di seantero stadion.
"Inilah yang dikecewakan Aremania. Mereka mempertanyakan bagaimana strategi, gimana sampai kalah, ini yang sangat mengecewakan," kata Abdul.
![]() |
Sementara Menkopolhukam MahfudMD menyebut gas air mata dilepaskan karena penonton mengejar para pemain. Penonton kecewa karena Arema dikalahkan Persebaya.
Gas air mata dilepaskan menurut Mahfud demi alasan keamanan pemain.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, merenggut ratusan nyawa. Hingga saat ini, sebanyak 130 korban dilaporkan tewas.
Kerusuhan dimulai saat polisi menembakkan gas air mata merespons suporter Arema yang merangsek masuk ke lapangan karena kecewa tim jagoannya kalah dalam pertandingan. Tak cuma ke arah lapangan, gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun penonton.
Tak ayal, hal tersebut pun memicu kepanikan. Massa penonton bubar, berlarian sambil berdesak-desakkan ke arah pintu keluar.
Akibatnya, sejumlah massa mengalami sesak napas dan terinjak-injak. Beberapa diantaranya hingga meninggal dunia.
(els/asr)