Kronologi Detik-detik Mencekam di Tragedi Kanjuruhan

CNN Indonesia
Senin, 03 Okt 2022 18:31 WIB
Berikut kronologi detik-detik mencekam tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan 125 orang meninggal dunia.
Tragedi Kanjuruhan terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya. (AFP/STR)
Jakarta, CNN Indonesia --

Momen mengerikan terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10). Berikut kronologi detik-detik mencekam tragedi Kanjuruhan.

Pertandingan penuh gengsi antara Arema FC vs Persebaya sejatinya berjalan lancar. Meski berlangsung sengit, duel yang berakhir 3-2 untuk kemenangan tim Bajul Ijo berjalan lancar tanpa kendala.

Namun situasi berubah 180 derajat begitu wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Ini bermula dari masuknya segelintir suporter Arema ke lapangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut pengakuan Aremania Korwil Bantur The Black Lion, Slamet Sanjoko, tragedi Kanjuruhan dipicu karena suporter meminta foto ke pemain. Dua suporter yang akhirnya diizinkan masuk ke lapangan yang memicu pendukung lain untuk masuk ke area lapangan.

"Dua anak itu, yang akan berfoto ternyata mereka mendekat ke pemain Arema FC. Kemudian terjadi bentrokan, pemicunya ada di situ," ujar Sanjoko.

Bentrokan lantas terjadi antara suporter Arema dan aparat keamanan di area lapangan. Aparat keamanan gabungan polisi dan TNI kemudian menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter tim Singo Edan keluar dari area lapangan.

Hanya saja gas air mata itu tidak hanya diarahkan ke area lapangan tetapi juga ke tribune stadion. Tembakan gas air mata itu memicu kepanikan orang-orang yang ada di dalam stadion.

Massa berlarian dan berdesakan menuju pintu keluar, hingga sesak nafas, penumpukan massa, dan terinjak-injak.

Suasana mencekam bukan hanya dirasakan penonton yang berada di tribune. Pemain, pelatih dan, ofisial Arema juga merasakan kondisi yang mengenaskan di ruang ganti.

Penyerang impor Arema Abel Camara mengatakan menunggu hingga empat jam sebelum pihak keamanan mensterilkan situasi. Saat berjalan keluar stadion, Camara melihat darah, baju di semua bagian stadion.

"Saat kami pergi, ketika situasi lebih tenang, ada darah, sepatu, baju di semua bagian stadion. Saat kami meninggalkan stadion di dalam bus, ada mobil sipil dan polisi yang terbakar, tetapi perjalanan kami mulus ke tempat latihan, kami mengambil mobil dan pulang," terang Camara kepada Maisfutebol.

Sedangkan pelatih Arema Javier Roca mengungkapkan cerita menyedihkan karena melihat langsung ada suporter yang meninggal di pelukan pemain. Hal itu diungkapkan mantan pelatih Persik Kediri kepada media Spanyol, Cadena Ser.

"Kami tidak pernah mengira ini akan terjadi, para pemain memiliki hubungan yang baik dengan para suporter. Saya pergi ke ruang ganti, dan beberapa pemain tetap berada di lapangan. Ketika saya kembali dari konferensi pers, saya menemukan tragedi dan masalah di dalam stadion. Orang-orang lewat dengan membawa korban di tangan mereka," ucap Roca.

"Yang paling mengerikan saat korban masuk untuk dirawat oleh tim dokter. Sekitar 20 orang masuk dan empat meninggal. Ada suporter yang meninggal di pelukan pemain," kata pelatih 45 tahun itu.

Tragedi Kanjuruhan ini memakan banyak korban jiwa. Berdasarkan data kepolisian sebanyak 125 orang meninggal dunia karena peristiwa yang mengenaskan ini.

[Gambas:Video CNN]

(jal/har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER