Di salah satu sudut tribune 13, Stadion Kanjuruhan, Malang, anak bungsu Elmiati (33) tengah merayu sang ibu untuk dibelikan camilan telur puyuh, dari pedagang asongan yang lewat.
"Mah, tukokno endog (bu, belikan telur)," kata Elmiati menirukan kalimat terakhir sang anak.
Sayang, kata Elmiati, telur itu tak sempat terbeli. Sebab setelahnya, anak keduanya Muhammad Virdy Prayoga (3,5) serta suaminya Rudi Harianto (34) pergi untuk selama-lamanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Virdy dan Rudi adalah dua dari ratusan korban jiwa yang tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10) malam.
Cerita ini bermula saat Elmiati bersama suaminya, Rudi dan anaknya Virdy berangkat menuju Kanjuruhan, untuk menonton laga Arema FC vs Persebaya Surabaya. Sementara anak pertamanya Virginia Caynanda (14) memilih tak ikut ke stadion.
Menonton pertandingan sepak bola jadi hobi baru bagi keluarga mereka. Sebab si kecil Virdy sedang gemar-gemarnya bermain si kulit bundar.
Laga besar Arema pun tak mau mereka lewatkan. Elmiati meyakini kondisi akan aman, sebab suporter tamu tak datang ke Malang. Harapannya mereka bisa tenang menikmati pertandingan.
"Soalnya yang senang itu anak saya. Kan enggak ada suporter Surabaya, jadi kayaknya aman. Saya ajak ke sana, nyenenengin anak juga," kata Elmiati, saat ditemui CNNIndonesia.com di Malang, Selasa (4/10).
Pertandingan berjalan aman hingga akhir. Tapi petaka baru dimulai setelah peluit panjang babak kedua dibunyikan. Segelintir suporter merangsek masuk ke lapangan, aparat memukuli mereka.
Keadaan berubah. Elmiati, Rudi, dan Virdy yang tadinya tenang tiba-tiba jadi panik. Suaminya kemudian buru-buru mengajaknya pulang. Tapi belum sempat mereka beranjak, polisi lalu melontarkan gas air mata ke arah tribune 13, tribune mereka berada.
Saat itu, Elmiati merasa sesak, dadanya sakit. Ia tak tahu reaksi apa itu pada awalnya. Itu kali pertama dia merasakan gas air mata langsung menerpanya.
"Seumur-umur saya enggak tau gas air mata itu apa, enggak pernah tahu, saya kira itu mercon (petasan). Tapi waktu habis ditembakkan, sakit, sesak," ucapnya.
Mereka pun berusaha melewati kepulan kabut asap tebal, untuk menuju gerbang keluar. Tapi ternyata di sana sudah banyak orang yang terjebak, mereka tertahan pintu yang terkunci. Tak bisa keluar.
Ratusan orang berusaha keluar dalam waktu yang bersamaan. Elmiati dan keluarganya pun terdorong. Mereka akhirnya terpisah. Dia diselamatkan orang, sementara suami dan anaknya entah kemana. Terakhir ia lihat, Rudi masih menggendong dan memeluk Virdy.
"Kami turun bertiga, turun bersama mau pulang, tapi itu dorong-dorongan, terpisah. Saya diselamatkan orang ke tribune lagi, tapi suami saya enggak terlihat, suami saat gendong anak," kata dia.
Baca kelanjutan berita ini pada halaman berikutnya>>>