Setelah kondisi kondusif, Elmiati yang lemas pun pulang ke rumahnya dengan diantar saudaranya, yang malam itu juga menonton di Kanjuruhan.
Tapi pikirannya masih ada di Kanjuruhan. Elmiati mencemaskan bagaimana kondisi suami dan anaknya. Hingga Minggu (2/10) dini hari, kabar duka itu sampai di telinganya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia syok dan menangis sejadi-jadinya, saat mengetahui dua orang yang paling dicintainya sudah pergi dijemput maut.
"Saya tahu dari saudara yang mencari. Anak saya ditemukan di RS Kanjuruhan, suami saya di Wava Husada, mereka terpisah. Kondisi sudah meninggal," tutur Elmiati.
"Saya kaget, saya menangis melihat anak saya, berangkat segar dan sehat, pulang-pulang sudah tak bernyawa," lanjutnya.
Di kepala Elmiati ada tanya yang berkecamuk. Mengapa saat itu, aparat menembakkan gas air mata ke arah mereka. Ke tengah tribune yang dipadati penonton yang masih tertib.
"Yang ricuh kan di lapangan, kenapa yang ditembak yang di tribune yang banyak anak kecil, orang-orang yang tak bersalah," ucapnya.
Kini, beberapa hari setelah kejadian, sembab di sekitar matanya masih tergambar jelas di wajah Elmiati. Dia tersandar di dinding ruang tamu rumahnya di gang kecil, di Jalan Sumpil.
Hidupnya, kata Elmiati, tak akan lagi sama setelah 1 Oktober 2022. Dia akan membesarkan anak sulungnya, Virginia, seorang diri tanpa didampingi Rudi sang suami yang telah pergi bersama si bungsu Virdy.
"Bingung ke depan bagaimana, enggak punya suami. Masih punya anak yang masih SMP, masih butuh banyak biaya," pungkas dia.