Jakarta, CNN Indonesia --
Tiga hari setelah peristiwa kelam di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10) malam, PSSI membeberkan kronologi peristiwa meninggalnya banyak orang di pintu 13.
Sejatinya tidak ada data pasti berapa jumlah orang yang meninggal di pintu 13 Stadion Kanjuruhan. Hanya saja sejumlah kalangan memprediksi lebih dari 50 orang meninggal khusus di pintu 13.
Mengacu investigasi PSSI yang memintai keterangan perwakilan manajemen, ketua panitia pelaksana, dan security officer Arema FC, tiga pintu di gate 11, 12, dan 13 tidak dibuka setelah pertandingan Arema FC versus Persebaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022/2023 ini berlangsung normal. Hingga peluit akhir pertandingan ditiup wasit, tak ada kejadian aneh. Kericuhan mulai terjadi setelah pemain Persebaya masuk ke lorong ruang ganti.
Awalnya seorang suporter menerobos pembatas tribune dan masuk ke lapangan. Penonton itu mendekati pemain Singo Edan yang berkumpul di tengah lapangan. Sejurus kemudian puluhan penonton lainnya ikut masuk ke lapangan.
Dalam pandangan Komite Disiplin (Komdis) PSSI ini kejadian yang gagal dibendung. Seharusnya orang pertama yang masuk bisa dihalau sehingga tidak memicu penonton lainnya ikut-ikutan menginvasi lapangan pertandingan.
Karena semakin banyak yang masuk, polisi mulai melakukan tindakan. Awalnya mereka menghalau suporter agar kembali ke tribune. Dalam situasi seperti itu ada sejumlah polisi yang memukul dan menjatuhkan suporter.
Melihat rekan-rekannya mendapat kekerasan, penonton yang ada di tribune memaki-maki polisi. Tak berselang, polisi menembakkan gas air mata. Gas itu disemburkan ke lapangan pertandingan, kemudian di tribune penonton.
Menurut Ketua Komdis PSSI Erwin Tobing, tribune pertama yang ditembak gas air mata adalah sisi selatan. Rupanya ada banyak tembakan gas air mata yang diluncurkan sehingga asap gas dengan cepat menguasai ruang udara.
Dalam situasi seperti itu penonton mencoba keluar stadion. Karena pintu di gate Stadion Kanjuruhan kecil, hanya sekitar satu meter, terjadi desak-desakan dan dorong-dorongan. Ini membuat situasi tak terkendali.
Baca kelanjutan berita ini pada halaman berikutnya>>>
Rupanya beberapa pintu belum dibuka oleh petugas bagian security officer. Disebutkan Erwin pintu yang belum dibuka adalah 11, 12, dan 13. Karenanya PSSI berasumsi banyak korban tumbang di tribune tersebut.
"Pintu itu kan kejadian di tribune selatan. Pintu 11, 12, 13. Harusnya itu bisa dibuka, tapi begitu terjadi kericuhan, itu pintu kan isinya ribuan orang. Terjadi keributan," kata Erwin di Malang pada Selasa (4/10).
"Itu kan lantai tinggi, ruang geraknya sedikit, saling merebut, masuk ke pintu keluar, masuk-masuk. Ini datang terus dari tribune, yang pintu gak kebuka. Ada asap. Itu kemungkinan terjadinya," ucap purnawirawan polisi ini.
Mengapa bisa pintu gate tribune tidak dibuka? Menurut Erwin itu karena kelalaian security officer Arema FC. Katanya, pintu gate sudah dibuka 10 menit menjelang pertandingan berakhir yang itu masuk dalam regulasi PSSI.
Alibinya, security officer yang bertugas di pintu 11, 12, dan 13 tak membuka pintu di 10 menit terakhir karena ada banyak penonton di luar. Untuk menghindari masuknya penonton tak bertiket, pintu belum dibuka.
Nahas situasi tak terkendali. Begitu peluit pertandingan ditiup wasit, petugas yang berjaga juga tak membuka pintu. Erwin membeberkan, petugas berkilah sudah membuka pintu 11, 12, dan 13 sebelum laga usai.
"Itu kita tanyakan ke Panpel. Saya tanyakan ke saudara Aris pengelola gedung, 'Pak dalam setiap event akan kita berikan kuncinya ke saudara Abdul Haris [Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan Arema FC]," kata Erwin.
"Siapa yang pegang kunci? Steward, security officer. Kita tanya, saya ketemu, 'Oh saya buka.' Kenyataannya tidak dibuka pintunya. Kenapa tidak dibuka? Ini yang menjadi suatu kelalaian," ujarnya menerangkan.
Pada saat kejadian, penerangan di tribune juga gelap. Erwin membantah sebagian lampu dimatikan, tetapi fakta di lapangan memperlihatkan bahwa sebagian lampu mati. Hanya lampu ke arah tribune yang masih menyala.
"Sehingga penonton tidak bisa turun. Ini sudah menumpuk, tertimpa-timpa, ada asap, gelap. Itulah terjadi penumpukan massa," ucap lelaki yang juga pernah menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 menggantikan Karolin Margret.
"Saya katakan, kalau panitia pelaksana ini sudah menganggap ini tugas rutin, kewaspadaannya hilang dan saya melihat itu. Harusnya ini dicek, pintu harus dibuka. Ini tidak sama sekali," ucapnya memungkasi.
[Gambas:Video CNN]