Rupanya beberapa pintu belum dibuka oleh petugas bagian security officer. Disebutkan Erwin pintu yang belum dibuka adalah 11, 12, dan 13. Karenanya PSSI berasumsi banyak korban tumbang di tribune tersebut.
"Pintu itu kan kejadian di tribune selatan. Pintu 11, 12, 13. Harusnya itu bisa dibuka, tapi begitu terjadi kericuhan, itu pintu kan isinya ribuan orang. Terjadi keributan," kata Erwin di Malang pada Selasa (4/10).
"Itu kan lantai tinggi, ruang geraknya sedikit, saling merebut, masuk ke pintu keluar, masuk-masuk. Ini datang terus dari tribune, yang pintu gak kebuka. Ada asap. Itu kemungkinan terjadinya," ucap purnawirawan polisi ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengapa bisa pintu gate tribune tidak dibuka? Menurut Erwin itu karena kelalaian security officer Arema FC. Katanya, pintu gate sudah dibuka 10 menit menjelang pertandingan berakhir yang itu masuk dalam regulasi PSSI.
Alibinya, security officer yang bertugas di pintu 11, 12, dan 13 tak membuka pintu di 10 menit terakhir karena ada banyak penonton di luar. Untuk menghindari masuknya penonton tak bertiket, pintu belum dibuka.
Nahas situasi tak terkendali. Begitu peluit pertandingan ditiup wasit, petugas yang berjaga juga tak membuka pintu. Erwin membeberkan, petugas berkilah sudah membuka pintu 11, 12, dan 13 sebelum laga usai.
"Itu kita tanyakan ke Panpel. Saya tanyakan ke saudara Aris pengelola gedung, 'Pak dalam setiap event akan kita berikan kuncinya ke saudara Abdul Haris [Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan Arema FC]," kata Erwin.
"Siapa yang pegang kunci? Steward, security officer. Kita tanya, saya ketemu, 'Oh saya buka.' Kenyataannya tidak dibuka pintunya. Kenapa tidak dibuka? Ini yang menjadi suatu kelalaian," ujarnya menerangkan.
Pada saat kejadian, penerangan di tribune juga gelap. Erwin membantah sebagian lampu dimatikan, tetapi fakta di lapangan memperlihatkan bahwa sebagian lampu mati. Hanya lampu ke arah tribune yang masih menyala.
"Sehingga penonton tidak bisa turun. Ini sudah menumpuk, tertimpa-timpa, ada asap, gelap. Itulah terjadi penumpukan massa," ucap lelaki yang juga pernah menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 menggantikan Karolin Margret.
"Saya katakan, kalau panitia pelaksana ini sudah menganggap ini tugas rutin, kewaspadaannya hilang dan saya melihat itu. Harusnya ini dicek, pintu harus dibuka. Ini tidak sama sekali," ucapnya memungkasi.