Hujan rintik sempat turun selepas Maghrib. Ketika itu ribuan Aremania baru selesai salat berjamaah. Namun hujan tak jadi tumpah di Stadion Kanjuruhan.
Pada Jumat (7/10) malam ini Kanjuruhan dipenuhi ribuan warga Malang dan sekitarnya. Mereka sudah mulai memadati stadion di Kecamatan Kepanjen tersebut sejak selepas Ashar.
Ada yang datang dengan kendaraan roda dua, tak sedikit yang menggunakan bak terbuka. Seperti akan ada pertandingan Arema FC di kandang, dari tua, muda, anak-anak, hingga orang tua tumpah ruah di halaman Kanjuruhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang ibu muda sore itu datang berdua dengan sang buah hati. Mereka berjalan kaki dengan menenteng bunga mawar merah dan putih. Dari pintu gerbang, ibu dan anak ini langsung menuju pintu 13 tribune selatan.
Keduanya langsung meletakkan bunga yang sudah menumpuk. Satu syal yang awalnya diikat di pinggang sang anak, diletakkan di sisi tumpukan bunga. Wanita itu lantas menundukkan kepala sambil memanjat doa.
Tak jauh dari pintu 13, tepatnya di depan pintu besar D, yang bersebelahan dengan gate 14, tampak sembilan orang memanjat doa. Suara pujian dalam bahasa Sansekerta terdengar lirih diiringi bunyi lonceng.
Tepat di depan masjid kecil Stadion Kanjuruhan, ribuan orang duduk bersila menghadap kiblat. Mereka membaca Yasin dan tahlil. Lantunan ayat suci ini menandai tahlilan tujuan hari dari Tragedi Kanjuruhan.
![]() |
Ini adalah malam kelam di mana ratusan Aremania meninggal dunia. Selepas pertandingan Arema versus Persebaya itu sempat terjadi kericuhan yang berujung tembakan gas air mata. Gas ini akhirnya merenggut ratusan nyawa.
"Ya Allah semoga arwah-arwah Aremania Aremania diterima di sisi Allah," ucap pemimpin doa dengan pengeras, disambut kata "Aamiin" yang menggema kencang secara berbarengan.
Selepas itu ada santunan anak yatim. Tak lama berselang dilangsungkan tahlilan kedua. Ini menyambut para Aremania yang baru datang. Tepat pada pukul 19.53 tahlilan dimulai kembali.
Saat itu seiringan gadis muda melintas berbaris. Mereka berjalan perlahan sambil mengangkat bunga berbagai jenis di tangan. Mereka semua mengenakan kostum berwarna hitam dihiasi atribut Arema.
Gadis-gadis ini tak langsung menuju lokasi tahlilan. Mereka menuju pintu 13. Pintu ini jadi tujuan karena di sinilah puluhan Aremania, dari anak-anak hingga orang tua meninggal dunia. Di sini pusaranya dikenang.
Sekitar pukul 20.07 tahlilan selesai. selepas itu seluruh peserta tahlilan menyanyikan lagu 'Salam Satu Jiwa'. Lagu ini menggema melengkapi doa-doa yang dikirim ke langit untuk para almarhum dan almarhumah.
Sejurus kemudian ada orasi dari tokoh Aremania, Anto Baret. Dalam orasinya Anto meminta pemerintah mengusut tuntas Tragedi Kanjuruhan. Jika tidak, Anto berjanji akan memperjuangkannya hingga titik darah penghabisan.
(jun)