3. Lubang di Tengah
Timnas Indonesia memiliki gaya main yang tampak mengandalkan penguasaan bola. Yang menjadi masalah adalah ketika lawan bisa merebut bola di tengah.
Dalam masa tersebut, pemain-pemain Indonesia seperti tak siap untuk merebut kembali bola dan membentuk pertahanan. Terlebih kedua full back Indonesia juga memiliki inisiatif menyerang yang tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan berbahaya bila bek-bek tengah Indonesia langsung berhadapan dengan pemain lawan, seperti yang terjadi ketika Iqbal mendapat kartu kuning dan cedera saat melawan Palestina.
4. Pressing dari Lawan
Ketika melawan UEA dan Palestina, Timnas Indonesia U-17 terlihat kesulitan ketika lawan memainkan pressing tinggi dan tak membiarkan pemain-pemain Indonesia dengan bebas melewati garis tengah. Kesalahan umpan bisa terjadi dan menghantui lini pertahanan Indonesia.
Saat lawan melakukan pressing, pemain Indonesia dituntut bisa melakukan sebuah gerakan atau koordinasi rapi guna menembus area pertahanan yang ditinggalkan lawan sehingga bisa melakukan serangan balik cepat dan efektif.
5. Variasi Serangan
Menghadapi lawan yang kukuh dalam bertahan, Timnas Indonesia U-17 dituntut aktif dalam melakukan variasi serangan. Selama ini Skuad Garuda Asia bisa mencetak gol, namun juga mengalami kesulitan membobol gawang.
Saat melawan Palestina serangan-serangan sayap Indonesia kerap gagal. Umpan-umpan bola atas dari Habil Akbar atau Rizdjar Subagja bisa diantisipasi lawan.
Kombinasi satu dua dari koridor tengah bisa menjadi alternatif untuk membongkar gawang Malaysia yang sejauh ini sudah kebobolan tiga kali, satu saat bertemu Guam dan dua ketika melawan UEA.
(nva/nva)