Malang Raya Satu Jiwa Bangkit Usai Tragedi Kanjuruhan

CNN Indonesia
Minggu, 09 Okt 2022 19:59 WIB
Duka Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 yang menelan ratusan jiwa Aremania membuat warga Malang bahu membahu bangkit dari kepedihan.
Doa bersama untuk korban Tragedi Kanjuruhan. (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)

Pada Jumat (7/10) siang menjelang sore, puluhan umat Hindu berkumpul di depan pintu D Stadion Kanjuruhan. Dengan memakai pakaian indahnya, mereka melantunkan doa ke dewa-dewi.

Berdasarkan data meninggal dunia yang dirilis pemerintah, mayoritas warga yang meninggal beragama Islam. Kendati demikian ini tak menyurutkan warga Hindu untuk ikut menyumbang doa bagi para mendiang.

Istiati, wanita paruh baya 42 tahun, datang ke Kanjuruhan bersama suami dan tiga anaknya. Mereka sengaja ke lokasi meninggalnya Aremania untuk memanjat doa. Sebagai warga Malang mereka turut bersedih hati.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada dua korban di desa kami. Satu remaja putri dan satunya anak sekolah SMA. Ini duka bagi kami. Nanti malam kan umat Islam tahlilan di sini, kami juga memanjat doa. Semua warga Malang pasti sedih" ucap Istiati.

Bukan hanya warga Malang, masyarakat Jawa Timur juga hadir di Kanjuruhan. Sandro Ginting, begitu dia memperkenalkan diri, salah satunya. Warga Banyuwangi berdarah Batak ini sengaja ke Malang untuk ikut berkabung.

Baginya peristiwa 1 Oktober 2022 adalah musibah bagi Indonesia. Meski terjadi di Malang, yang patah hatinya adalah seluruh rakyat Indonesia.

"Saya memang bukan orang Malang, tapi ini tragedi untuk Indonesia. Saya datang untuk mendukung warga Malang. Saya tak bisa memberi apa-apa, tapi saya bisa mengirim doa untuk mereka," kata lelaki 49 tahun ini.

Sekumpulan mahasiswa asal Papua pun tampak hadir di Kanjuruhan. Mereka datang dan berbaur di tengah lautan manusia pada malam tahlilan. Mereka datang atas nama kemanusiaan.


Bangkit di Penjuru Kota

Pada Kamis (6/10) ada yang berbeda di kota Malang. Hari itu, setiap melintas lampu merah terdengar lagu band pop punk, Endank Soekamti diputar lewat pengeras suara.

Lagu berjudul 'Sampai Jumpa' dari Endank Soekamti ini salah satunya memiliki lirik seperti ini: Hei, sampai jumpa di lain hari. Untuk kita bertemu lagi. Ku relakan dirimu pergi. Meskipun ku tak siap untuk merindu. Ku tak siap tanpa dirimu. Kuharap terbaik untukmu.

"Haru sekaligus meneguhkan hati," ucap Sastro Wisanggeni. "Pas Rabu (5/10) belum ada, pas Kamis (6/10) baru ada ini lagu. Kami sedih, tapi kami sadar harus bangkit dari situasi ini."

Pedagang kelontong tak jauh dari RSUD Malang, Budiman mengaku pedih saat mendengar kabar duka di Kanjuruhan. Meski tak ada keluarganya yang terdampak, ia menyebut dirinya sebagai pendukung Singo Edan.

"Setau saya Aremania itu kreatif, menginspirasi kelompok suporter lain. Sekarang ada musibah di Malang. Suporter lain mengambil hikmah, ya Aremania harus mengambil inspirasi dari sini," ucap Budiman.

Malang sebagai kota yang dikenal dengan kota pendidikan, dianggap Debbie Puspita diyakini akan bangkit. Luka setelah tragedi memang tak bisa cepat disembuhkan, tetapi kebangkitan adalah keniscayaan.

Mahasiswi salah satu universitas ternama di Malang ini mengatakan ada beberapa rekannya yang terdampak. Ada trauma yang dialami, namun rekan-rekannya malah ingin ikut menyuarakan perbaikan dan kebangkitan.

"Hari ini kami ke Stadion Kanjuruhan bukan cuma untuk mengenang mereka yang telah gugur. Kami ingin menunjukkan bahwa warga Malang bersatu dalam situasi duka ini. Malang akan kembali jadi lebih baik," ujar Debbie bersemangat.

Banner Testimoni

Generasi Cinta Damai

Ada dendam permusuhan yang diwariskan. Begitulah kira-kira gambaran rivalitas Aremania sebagai fan Arema dengan Bonek selaku pendukung setia Persebaya.

Rivalitas tidak sehat ini sudah berlangsung puluhan tahun dengan korban meninggal dunia yang tidak sedikit. Dan, Tragedi Kanjuruhan menyadarkan mereka tak ada gunakan bara dendam terus diperam.

Aris, pelajar di kota Malang, sangat berharap kisah permusuhan dan pertikaian Aremania vs Bonek Mania tutup buku. Menurutnya sepak bola itu harus mempersatukan, bukan malah memakan korban.

"Tuntutan kami usut tuntas. Titik. Kalau soal perdamaian inilah saatnya. Yang tua-tua, ayo egonya ditanggalkan. Ini yang muda-muda ingin damai. Arema itu cinta damai," ucapnya.

Dalam situasi berduka, pentolan-pentolan Aremania memang menolak berkomentar soal Tragedi Kanjuruhan, termasuk isu damai dengan Bonek. Karena itu akar rumput lewat generasi muda mendorong hal tersebut.

Apalagi kelompok suporter di luar Malang telah memulainya. Tragedi Kanjuruhan memantik suporter di Jawa Tengah, yakni Persis Solo, PSIS Semarang, dan PSIM Mataram berdamai setelah sering bentrok.

Anto Baret, sesepuh Aremania, salah satu tokoh yang mendorong antarsuporter berdamai di luar stadion. Menurutnya sudah bukan saat rivalitas di luar stadion diwariskan ke anak muda dan anak cucu.

"Karena apa, Allah kalau melihat umatnya rukun, maaf bukannya menggurui, InsyaAllah ini benar. Allah akan suka melihat kita semua rukun. Salah satu jiwa salam satu bangsa," ucap Anto dalam orasi tahlilan.

Dalam orasi yang berapi-api itu Anto berkali-kali meneriakkan kata 'salam satu jiwa' yang dibalas dengan pekikan 'Arema' dilanjutkan 'salam satu bangsa' yang disambut dengan teriakan 'Indonesia' oleh Aremania.

Inilah satu jiwa yang sedang digelorakan di bumi Arema, Malang Raya. Korban meninggal dan luka-luka dari Tragedi Kanjuruhan ingin dijadikan 'jalan jihad' menuju kebangkitan kota Apel.



(abs/abs/rhr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER