Malang Raya Satu Jiwa Bangkit Usai Tragedi Kanjuruhan

CNN Indonesia
Minggu, 09 Okt 2022 19:59 WIB
Duka Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 yang menelan ratusan jiwa Aremania membuat warga Malang bahu membahu bangkit dari kepedihan.
Tragedi Kanjuruhan membuat warga Malang bahu membahu bangkit dari kepedihan. (AFP)
Malang, CNN Indonesia --

Duka Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 yang menelan ratusan jiwa Aremania membuat warga Malang bahu membahu bangkit dari kepedihan.

Sore hari setelah terjadi kericuhan di Stadion Kanjuruhan, selepas pertandingan Arema FC versus Persebaya, jalanan di Malang Raya tetap ramai. Namun, ada nuansa duka yang tergambar di wajah warga.

Spanduk dan coretan dinding belum banyak bertebaran. Hanya di sejumlah titik terpajang tulisan 'Usut Tuntas' dengan warna hitam tebal. Kebetulan pula pada Minggu (2/10) itu mendung menyelimuti sepanjang hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada hari yang sama suasana Stadion Kanjuruhan terlihat hening. Sisa kepanikan dan kericuhan masih bertebaran. Belum banyak orang yang datang, selain aparat keamanan dan jurnalis dari berbagai media.

CNN Indonesia.com yang tiba di Stadion Kanjuruhan sekitar pukul 18.15 sore, langsung mengitari ring dua stadion. Di pintu 13, 12, 11, dan 10, lokasi yang banyak merenggut korban, sudah mulai ditaburi bunga. Jumlahnya tak banyak.

Tulisan 'usut tuntas' sudah ada, tetapi masih bisa dihitung jari. Begitu pula tulisan ACAB yang adalah akronim 'all cops are bastards' sudah terpajang di dinding stadion dengan warna merah tipis atau samar.

[Gambas:Video CNN]

Besok paginya, Senin (3/10) tulisan protes makin menjamur jalanan Malang Raya. Nadanya pun makin beragam, dari mencerca hingga menyindir polisi. Dari 'operasi senyap' tengah malam itu kode 1312 sebagai representasi ACAB juga makin menjamur.

Pagi hari itu pemain Arema bersama jajaran pelatih datang ke stadion berkapasitas 42 ribu tersebut. Johan Ahmad Alfarizi dan kawan-kawan menabur bunga di dalam stadion. Tangis pun pecah. Alfarizi dan Dendi terlihat paling terpukul.

Pada hari itu dikonfirmasi pula jumlah korban meninggal dunia versi pemerintah mencapai 131. Ini berbeda dengan versi Aremania yang meyakini jumlahnya lebih dari 180-an.

Malam harinya, tahlilan di depan tugu singa Stadion Kanjuruhan dihadiri ratusan orang. Tak hanya warga sekitar Kepanjen, ada juga warga dari Malang Kota yang hadir. Sementara di pintu 13 ada belasan orang membaca Yasin.

Jika Minggu dan Senin kondisinya mendung, hujan gerimis, Selasa (4/10) mentari bersinar cerah. Tiga hari setelah peristiwa kelam tersebut, tuntutan usut tuntas makin menggema di sepanjang kota dan kabupaten.

Keadilan adalah Pelipur Lara

Dedi, 34 tahun, terdiam sejenak saat diajukan pertanyaan. Warga Kepanjen itu berpikir sebentar mencari kata yang pas soal polisi yang menembaki gas air mata ke tribune Stadion Kanjuruhan.

"Pasti ada orang baiknya," kata Dedi. "Di polisi itu pasti ada yang baik. Kapolres Kabupaten Malang itu contohnya. Dia orang baik. Baik sama Aremania, tapi kenapa dia yang dicopot Polri," ujarnya dengan intonasi yang tak stabil.

Sebab itu Dedi berharap polisi bersikap profesional. Jangan ada pihak yang dilindungi dalam Tragedi Kanjuruhan. Rasa percaya masyarakat harus dibayar tuntas. Mereka yang meninggal dalam peristiwa 1 Oktober sudah cukup jadi korban sebuah sistem bobrok.

Pada Jumat (7/10) malam itu Dedi datang ke Kanjuruhan bersama istri dan anaknya, juga beberapa rekan satu kampungnya. Memang tak ada korban dari keluarga dan desanya, tapi rasa sakit, pedih, dan kecewa ikut memompa emosi dan akal budinya.

Tak hanya polisi, Dedi juga berharap PSSI berbenah dengan sungguh-sungguh. Harus ada reformasi. Menurutnya tak akan ada peristiwa nestapa itu jika PSSI menerapkan sistem yang dibuat FIFA dengan baik. Manajemen Arema pun diamuk.

"Mas, warga Malang itu pasti cinta Arema. Ga mungkin enggak. Mesti itu. Tapi kalau begini, siapa yang jadi korban. Warga. Aremania. Ini yang jadi korban orang-orang baik," kata rekan Dedi bernama Atmo dengan nada tinggi.

Warga Kepanjen ini, yang bertetangga langsung dengan Stadion Kanjuruhan, kini berharap PSSI, Arema, dan semua elemen sepak bola Indonesia berbenah. Tragedi Kanjuruhan harus jadi tamparan untuk sepak bola lebih baik.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Solidaritas Lintas Agama

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER