Jakarta, CNN Indonesia --
Keberhasilan Abdurrahman Iwan yang ikut membawa timnas Qatar U-17 lolos Piala Asia U-17 2023 menimbulkan polemik. Hal ini tak lain karena Iwan adalah orang Indonesia asli.
Tak sedikit yang menyayangkan pemain muda asli Indonesia itu malah memilih membela timnas Qatar U-17.
Iwan adalah anak dari pasangan Iwan Kuswanto dan Tarini yang berasal dari Kramatwatu, Serang, Banten. Kedua orang tuanya sudah lama bekerja di Qatar. Meski demikian Iwan lahir di Doha, Qatar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak kecil Iwan meniti karier sepak bola di Qatar dengan bergabung di klub Al Wakrah. Karier Iwan di Qatar berlanjut ke tim nasional.
Iwan masuk pemusatan latihan Qatar U-17 untuk Kualifikasi Piala Asia U-17 2023. Hasil apik di kualifikasi membuat tim berjuluk The Young Maroon itu lolos ke putaran final Piala Asia U-17 2023 usai mengemas 10 poin.
Dari empat pertandingan yang dimainkan Qatar, Iwan mendapat kesempatan bermain satu kali dari pelatih Ibrahim Al Shafei, pada laga pertama melawan Lebanon.
"Alhamdulillah lolos babak final Kualifikasi AFC U-17 2023," tulis Iwan dalam unggahan di Facebook.
Nasib Iwan yang berpeluang tampil di Piala Asia U-17 2023 berbeda dengan Timnas Indonesia U-17. Garuda Asia harus mengubur harapan melaju ke putaran final usai dibekuk Malaysia 1-5 pada laga terakhir Grup B Kualifikasi Piala Asia U-17 2023 di Stadion Pakansari, Minggu (9/10).
Kekalahan dari Malaysia membuat Indonesia U-17 yang semula membutuhkan hasil imbang turun ke posisi kedua klasemen. Akan tetapi Tim Merah Putih juga kalah bersaing dengan Laos di peringkat kedua terbaik karena kalah selisih gol.
Dalam unggahannya itu Iwan membalas beberapa pertanyaan dari pengikutnya. Salah satu pertanyaan adalah mengenai Iwan yang memilih membela Qatar U-17 dibanding Timnas Indonesia U-17.
"Belum pernah diberi kesempatan [dipanggil seleksi]," kata Iwan soal komentar pengikutnya yang sedih karena dia tidak membela Timnas Indonesia.
Jawaban Iwan ini sontak membungkam komentar miring yang menyebutnya pengkhianat.
 Abdurrahman Iwan menjalani latihan bersama timnas Qatar U-17. (Arsip QFA) |
Iwan juga tidak pernah menyatakan dirinya menolak panggilan Timnas Indonesia. Hanya saja dirinya memang tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk membela tim Garuda Muda.
Akhirnya, Qatar yang justru membuka pintu untuk dirinya mendapat pengalaman di level timnas. Padahal sejak dua tahun lalu Media Thailand, Siam Sport, juga sudah mengingatkan bahwa Iwan yang masih berusia 14 tahun kelak bisa menjadi salah satu pemain yang bersinar di Timur Tengah.
Itu lantaran Iwan pernah mencatatkan 42 gol dalam satu musim saat membela klub junior Alvaraz Football Club.
Lantas, ke mana PSSI? Apakah radar atau tim pencari bakat PSSI 'sudah rusak' dalam memantau talenta-talenta muda Indonesia yang bertebaran luas baik di dalam negeri maupun di luar negeri?
Ataukah PSSI hanya sibuk menaturalisasi pemain-pemain senior yang garis keturunannya jauh dari Indonesia yang berkarier di Eropa, dibanding memantau bibit-bibit unggul pesepakbola berdarah asli Indonesia.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Selain Abdurrahman Iwan, sebelumnya juga ada nama Andri Syahputra yang sempat menyita perhatian pecinta sepak bola Tanah Air karena juga memilih membela timnas Qatar.
Nama Andri Syahputra mencuat setelah wonderkid Indonesia itu justru memilih membela timnas Qatar U-19 setelah sempat mendapat panggilan untuk memperkuat Timnas Indonesia U-19.
Undangan PSSI itu ditolak oleh Andri karena dirinya sedang fokus melanjutkan pendidikan di Qatar, sehingga tak bisa mengikuti TC jangka panjang. Hal ini menjadi penyebab kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
PSSI menganggap Andri tidak mau membela Indonesia, sementara Andri merasa tidak pernah menolak Indonesia.
Tetapi hingga kini Andri tidak pernah lagi mendapat panggilan dari Timnas Indonesia. Andri pun memilih fokus membela timnas Qatar dari U-19, U-20, hingga kini bersama timnas Qatar U-23.
Kehilangan Andri Syahputra dan Abdurrahman Iwan seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi PSSI untuk segera memperbaiki radar mereka yang mungkin saat ini sedang rusak sehingga tidak maksimal dalam menjangkau bibit-bibit unggul Indonesia yang tersebar di Asia.
Selain itu PSSI seharusnya memiliki data base yang berisi data-data dan daftar nama pemain muda Indonesia lengkap dengan data statistiknya mulai usia, jumlah bermain, menit bermain, gol, dan lain sebagainya.
Sehingga nantinya PSSI tidak perlu lagi repot-repot atau pusing jika membutuhkan pemain untuk mengiris beberapa posisi yang dibutuhkan.
Dengan pemanggilan pemain berdasarkan data, PSSI secara tidak langsung juga akan membungkam tanggapan-tanggapan miring yang menyebut adanya pemain titipan di Timnas Indonesia.
Jika PSSI mau serius mengelola data pemain muda mereka bisa saja melibatkan banyak pelatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) atau akademi yang memang bersentuhan langsung dengan pemain usia muda untuk memantau dan pendataan bakat-bakat pemain belia sebagai asset masa depan sepak bola Indonesia.
[Gambas:Video CNN]
Selain itu jika PSSI mau tidak kekurangan pemain berkualitas di masa depan maka harus perbanyak kompetisi sepak bola usia muda. Jangan cuma sedar menggelar liga yang formatnya seperti turnamen seperti saat ini.
PSSI justru harus menggelar kompetisi usia muda dengan format liga yang reguler dan konsisten di setiap tahunnya untuk usia 12, 14, 15, dan 17. Dengan maraknya kompetisi maka para pemain muda Indonesia akan semakin terasah secara mental, fisik, teknik, dan taktik.
Namun di sisi lain juga, dalam menyikapi kasus Andri Syahputra atau Abdurrahman Iwan, netizen juga jangan terlalu terburu-buru dalam mengambil kesimpulan bahwa PSSI menyia-nyiakan dua pemain Indonesia itu.
Memberikan kesempatan kepada kedua pemain tersebut untuk mengikuti latihan Timnas Indonesia memang tidak ada salahnya.
Tetapi kedua pemain itu juga harus membuktikan dirinya layak untuk memperkuat Timnas Indonesia dan bisa dipilih oleh pelatih tim Merah Putih. Jangan karena mereka berkarier di luar negeri, pemain itu bisa mudah masuk Timnas Indonesia padahal kualitasnya kalah dari pemain yang berkarier di Tanah Air.
Sebab persaingan pemain dalam menembus timnas di Qatar dan di Indonesia jelas sangat berbeda. Untuk bisa menembus skuad timnas usia muda di Indonesia memang sangat sulit karena pesaingnya banyak lebih banyak dibanding di Qatar.
Sebelum nama Andri dan Iwan muncul, ada juga pemain Indonesia lainnya yang berkarier di Liga Qatar yaitu Ali Syahrian Tampo. Ali juga sempat mendapat panggilan seleksi Timnas Indonesia U-16 asuhan Indra Sjafri pada 2011, tapi akhirnya tak lolos menembus skuad utama untuk Piala Asia U-16.
Selain itu juga ada nama penyerang Indonesia yang bermain di Liga Qatar yakni Farri Agri. Farri sempat bermain untuk Persija Jakarta di 2019. Namun, penampilan Farri bersama Persija juga kurang gemilang, sehingga membuatnya tidak dilirik Timnas Indonesia.