LIPUTAN KHUSUS

Raksasa Badminton Indonesia Bertahan di Tengah Kesulitan Dana

CNN Indonesia
Kamis, 27 Okt 2022 15:00 WIB
PB SGS dan PB Mutiara Cardinal banyak melahirkan bintang lapangan dari markas mereka di Bumi Parahyangan. Pandemi Covid-19 lalu sempat menghantam mereka.
PB Mutiara Cardinal sempat terkena dampak pandemi Covid-19. (Arsip PB Mutiara Cardinal)

Klub Jawa Barat lain yang punya sejarah panjang dalam dunia badminton Indonesia adalah PB Mutiara Cardinal. Klub yang juga berbasis di Kota Bandung ini dulu bernama Blue White sebelum berganti nama menjadi Mutiara.

Nama-nama tenar yang pernah menimba ilmu di klub tersebut adalah Tan Joe Hok yang merupakan pebulutangkis Indonesia pertama yang memenangkan All England dan Christian Hadinata, sosok legendaris di nomor ganda putra.

Setelah hadir selama lebih dari setengah abad, Mutiara masih terus berusaha berdiri tegak sebagai salah satu produsen atlet-atlet muda Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak hambatan-hambatan yang sukses dilalui oleh Mutiara termasuk saat mereka harus menghadapi gelombang pandemi covid-19. Pandemi membuat Mutiara terpaksa harus memulangkan pemain-pemainnya dengan berbagai pertimbangan.

Situasi yang serba tak pasti saat pandemi Covid-19 plus ketiadaan turnamen membuat PB Mutiara sempat vakum tiga bulan.

"Kondisi Mutiara ikut berimbas dari pandemi kemarin. Kita ada sedikit pengurangan-pengurangan karena semua sektor tentu terkena dampak pandemi."

"Berangsurnya waktu, kami bisa kembali bertahap melakukan pemanggilan pemain. Sekarang sudah mulai seperti biasa kembali," tutur Kabid Binpres PB Mutiara Cardinal Devi Sukma Wijaya.

Suasana Latihan PB Mutiara Cardinal di Bandung.PB Mutiara Cardinal berharap bisa memiliki banyak pemain yang mampu mengharumkan nama Indonesia di ajang internasional. (Arsip PB Mutiara Cardinal)

Di PB Mutiara saat ini ada sekitar 80-90 atlet yang bernaung. Dari jumlah tersebut, 80 persen ditanggung penuh oleh PB Mutiara.

"Yang full beasiswa hampir 80 persen saat ini, sedangkan 29 persen lainnya masuk dalam subsidi silang pembayaran. Sedangkan sebelum pandemi kita full pembiayaan," ujar Devi.

Sebelum terkena dampak pandemi, Mutiara juga sempat diterpa krisis finansial yang membuat mereka sempat meredup dan kesulitan membuat gebrakan dalam menghasilkan calon-calon bintang.

"Mungkin karena pasang surut sponsor, hal itu yang mungkin membuat Mutiara juga mengalami pasang surut. Sekitar tahun 2000-an dengan masuknya Cardinal sebagai sponsor, Mutiara bisa kembali beranjak naik sedikit demi sedikit," tutur Devi.

Dengan kerja sama jangka panjang antara Mutiara dengan Cardinal, Devi tidak mau menyatakan bahwa PB Mutiara benar-benar sudah tidak bermasalah dengan pembiayaan.

Suasana Latihan PB Mutiara Cardinal di Bandung.Saat pandemi berlangsung, PB Mutiara Cardinal sempat memulangkan pemain yang ada di bawah asuhan mereka. (Arsip PB Mutiara Cardinal)

"Biar orang yang menilai. Kalau dibilang soal masalah pembiayaan, kami juga tidak gampang. Kami tetap harus mengatur semuanya supaya bisa terus berjalan tentunya."

"Tidak semata-mata ada sponsor jadi gampang. Kami juga harus timbal balik dengan prestasi," tutur Devi.

Saat ini PB Mutiara Cardinal punya lima pemain di Pelatnas Cipayung. Devi berharap PB Mutiara bisa terus menggeliat sebagai salah satu klub penghasil bintang badminton Indonesia.

"Kita berharap bisa menyumbangkan pemain-pemain yang potensial ke Pelatnas Cipayung. Kami ingin sekali punya atlet yang bisa mengharumkan nama bangsa," ujar Devi.

(ptr/har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER