Sepak bola mengajarkan bahwa haram hukumnya kalah sebelum bertanding. Begitupun Timnas Indonesia tak sepantasnya merasa kalah sebelum tampil di dalam kejuaraan.
Kecerdikan Shin Tae Yong sebagai nahkoda akan diuji. Bisakah pelatih yang mendampingi Korea Selatan tampil di Piala Dunia 2018 itu merestorasi kondisi tidak ideal menjadi faktor pelontar kesuksesan?
Saat tampil di Piala AFF 2020 (2021) Shin bisa membangkitkan mentalitas skuad yang didominasi pemain muda macam Pratama Arhan, Witan Sulaeman, hingga Rachmat Irianto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski minim jam terbang internasional, mereka mampu tampil garang meski akhirnya masuk angin saat final. Namun, status runner up dianggap hasil yang tak mengecewakan.
Selanjutnya Shin menunjukkan kelasnya dengan bisa meloloskan Fachruddin Aryanto ke putaran final Piala Asia 2023. Ini kejutan sebab Timnas berjuang lewat jalur play off dan tak diunggulkan saat kualifikasi.
Kabar baiknya, ada dua hingga tiga pemain naturalisasi yang kemungkinan bisa tampil. Sudah begitu pemain-pemain yang berkarier di luar negeri sejauh ini tidak ada kendala untuk tampil di Piala AFF 2022.
Pemain yang naturalisasinya sedang diproses dan diyakini akan rampung sebelum kejuaraan adalah Sandy Walsh, Jordi Amat, dan Shayne Pattynama. Nama terakhir prosesnya masih agak panjang dibanding dua nama pertama.
Adapun pemain yang berkarier di luar negeri adalah Egy Maulana Vikri, Witan Sulaeman, Pratama Arhan, Asnawi Mangkualam Bahar, Saddil Ramdani, dan Elkan Baggott kansnya tampil cukup besar jika melihat kalender kompetisi.
![]() |
Hanya Baggott yang kemungkinan perlu diplomasi besar. Dalam hal ini peran PSSI untuk melobi klub Baggott, Gillingham FC akan menjadi ujung tombak. Setidaknya skema seperti Piala AFF 2020 bisa menjadi opsi pemanggilan Baggott.
Pemain-pemain yang namanya disebutkan itu, jika tidak ada kendala, akan membela Timnas Indonesia dengan kondisi terbaik. Artinya hanya pemain-pemain yang main di Liga 1 saja yang perlu mendapat sentuhan besar.
Dalam artian Shin bisa menempa pemain ini untuk berada dalam kondisi maksimal, seperti pemain yang main di luar negeri. Bagaimana Shin mengemas program pemusatan latihan setidaknya akan menjadi tolok ukur kesiapan.
Dengan demikian berhentinya kompetisi kasta teratas sepak bola Indonesia ibarat dua mata pedang. Kondisi ini bisa memenggal kondisi terbaik Timnas Indonesia, juga bisa untuk menebas lawan walaupun kondisinya lebih ideal.
(jun)