Jakarta, CNN Indonesia --
Maroko mendulang prestasi di Piala Dunia 2022. Kini selangkah lagi ke final dan bukan tak mungkin 180 menit menuju angkat piala.
Sedikit atau mungkin tak ada yang melihat Maroko sebagai sekadar tim kuda hitam di Piala Dunia. Prestasi wakil negara Afrika pada Piala Dunia sebelumnya tergolong biasa saja. Cuma penggembira fase grup dengan kejutan melangkah ke babak 16 besar pada 1986.
Nama Maroko pun kalah mentereng ketimbang Senegal atau Kamerun, dan belakangan juga tersalip Mesir yang mendapat perhatian lantaran Mohamed Salah meski gagal ke Piala Dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian Maroko tak dipungkiri memiliki nama-nama yang bisa mencuri perhatian lantaran bermain di liga top Eropa seperti Achraf Hakimi, Hakim Ziyech, atau Youssef En Nesyri.
Menahan imbang Kroasia, dan kemudian mengalahkan Belgia jadi gong pertama Maroko. Setelah melibas Kanada, Singa Atlas pun kemudian membuktikan mereka tak hanya penambah warna Piala Dunia 2022 ketika menaklukkan Spanyol dan Portugal pada fase gugur.
Perlahan tapi pasti beragam info soal Maroko menyeruak. Cerita sebagai sebuah tim yang sayang ibu atau kisah kebersamaan tim dalam memanjatkan doa menjadi tajuk berita.
Restu ibu dan permohonan harapan kepada Tuhan tentu tak bisa dilepaskan dari langkah perjalanan manusia, namun ada hal lain dalam kehidupan yang tidak bisa dilupakan. Usaha.
 Kedekatan pemain Maroko dengan orang tua menjadi cerita tersendiri di Piala Dunia 2022. (REUTERS/KAI PFAFFENBACH) |
Timnas Maroko yang ada saat ini merupakan hasil dari upaya negara tersebut membangun kembali sepak bola yang sempat berjaya pada tahun 1970-an hingga 1990-an.
Pada periode tersebut Maroko bisa lolos Piala Dunia dan berbicara di Piala Afrika. Menjelang 2000-an sinar Maroko meredup. Langkah pembenahan seperti pemantauan sumber daya diaspora Maroko yang ada di Eropa, pembangunan akademi sepak bola, pelaksanaan liga sepak bola, dan pembangunan fasilitas.
Mengutip Ketua Umum Federasi Sepak Bola Maroko di situs resmi FIFA, pembinaan sepak bola di Maroko tak lepas dari segitiga fasilitas, talenta, dan personel yang memiliki kualifikasi.
Dengan rumus tersebut Maroko kemudian dijadikan acuan dalam pengembangan sepak bola di negara lain. Lebih dari itu, buah manis dari kerja keras itu kini dirasakan Walid Regragui dan anak asuhnya.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Melaju ke semifinal, Maroko sadar masih tetap negara yang tidak difavoritkan. Regragoui pun mengibaratkan anak asuhnya tak berbeda seperti Rocky Balboa petinju yang bekerja keras.
"Saya yakin banyak yang bilang ini adalah keajaiban, tetapi kami menang tanpa kebobolan lawan Belgia, Spanyol, Portugal, dan itu adalah hasil kerja keras," ucap Regragui dilansir dari Fox Sports.
Melawan Prancis, yang merupakan tanah kelahiran pelatih serta beberapa pemain Maroko, skuad asal Afrika Utara ini bisa jadi bakal memilih pendekatan yang sama dengan laga-laga melawan tim favorit sebelumnya.
Bermain kukuh dalam bertahan dan kemudian melakukan serangan balik dengan cepat, bukan terburu-buru.
Pertahanan Maroko tak ada lawan dalam bertahan. Sejak fase grup, hanya satu gol bersarang di gawang mereka. Melawan Prancis dengan keberadaan Kylian Mbappe dan Olivier Giroud bakal menjadi tantangan tersendiri.
Kreativitas lini tengah Prancis pun bisa menjadi masalah bagi Maroko, kendati sudah membuktikan kemampuan dengan membungkam tiga negara unggulan lainnya.
Keberadaan Yassine Bounou ibarat bonus. Kiper Sevilla itu menjadi nilai tambah dari pertahanan rapat dan kompak. Hanya saja cedera Romain Saiss pada perempat final bisa saja mengubah susunan pemain Maroko dan mempengaruhi performa dalam menahan serangan lawan.
Duel-duel krusial di tengah dan belakang bakal diusahakan lagi oleh pemain-pemain Maroko guna memutus serangan Prancis. Secara fisik, Maroko punya modal bagus.
 Kualitas penyelesaian akhir Kylian Mbappe jadi ancaman lawan-lawan Prancis. (REUTERS/DYLAN MARTINEZ) |
Kecepatan pemain-pemain Maroko bisa menyulitkan Prancis. Di sisi lain mereka harus lebih dulu memastikan tidak ada kebocoran di belakang jika terjadi intersep di tengah. Jika tidak, maka kecepatan pemain Maroko percuma karena Prancis siap menghukum.
Maroko baru mencetak lima gol dari lima pertandingan. Melawan Portugal, Maroko bisa saja menang lebih dari satu gol andai tidak membuang peluang. Tak dipungkiri, Maroko harus membenahi penyelesaian akhir bila ingin menjejak sejarah lain sebagai wakil pertama Afrika di final Piala Dunia.
Dari pertandingan ke pertandingan, bisa terlihat Maroko tak cuma punya Bounou, Ziyech, Hakimi, atau En Nesyri, tetapi ada sosok Yahia Attiyat Allah yang krusial dalam membantu serangan serta Sofyan Amrabat yang tangguh membentengi lini belakang.
Prancis yang unggul dari ketenaran nama individu di setiap lini bukan berarti bakal membuat mereka memimpin di atas lapangan.
[Gambas:Video CNN]