Jika mencari alasan mengapa Timnas Indonesia tetap berpotensi menjuarai Piala AFF 2022, jawabannya kira-kira kisah SEA Games 1991 dan kualitas individu pemain-pemain 'asing' atau pemain yang tampil di luar negeri.
SEA Games 1991 adalah kisah emas terakhir sepak bola Indonesia. Ketika itu, di Filipina, tim Merah Putih berdiri di podium tertinggi setelah mengalahkan Thailand lewat drama adu penalti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang bisa dipetik dari kisah emas itu adalah masa persiapan. Sebelum tampil di pesta olahraga Asia Tenggara itu, Anatoly Polosin, pelatih Timnas Indonesia, menggembleng pemain dengan latihan fisik keras.
Gemblengan ini yang terbukti membuat fisik pemain unggul atas lawan-lawannya. Perspektif Polosin saat itu, kualitas individu pemain Indonesia tak kalah, tetapi kapasitas fisiknya perlu sentuhan.
Shin Tae Yong berpandangan hampir sama. Fisik pemain Timnas dianggap lemah. Untuk tampil 90 menit, apalagi 120 menit dengan intensitas tinggi, dinilai belum memenuhi standar yang ia tetapkan.
Karenanya pula tak salah jika Shin sangat menekankan latihan fisik selama pemusatan latihan di Bali. Pada pagi hari pemain dijejali menu fisik di gymnasium, sore harinya sesi taktik dan fisik dengan pendekatan bola.
Hal lainnya yang bisa menjadi argumen penguat adalah kehadiran pemain-pemain yang tampil di luar negeri. Dari daftar 28 pemain yang dipanggil Shin, ada delapan pemain yang berkiprah di luar Indonesia.
Mereka itu adalah Saddil Ramdani, Pratama Arhan, Asnawi Mangkualam Bahar, Egy Maulana Vikri, Witan Sulaeman, Jordi Amat Mass, Sandy Walsh, dan Elkan Baggott.
Sayang Baggott sudah dipastikan tidak akan ikut tampil di Piala AFF 2022 karena lebih memilih memperkuat Gillingham FC yang sedang bersaing di papan bawah League Two.
Sementara Sandy juga harus menunggu izin KV Mechelen, karena Piala AFF 2022 berlangsung tepat saat kompetisi di Eropa berlangsung. Jika pun dilepas klub, mungkin saat lolos semifinal.
Bagaimana dengan pemain lainnya? Kinerja pemain selama pemusatan latihan jadi penentu. Jika pemain berlatih dengan maksimal dan menjaga gaya hidupnya dengan baik, bukan tak mungkin malah tampil menggila.
Atas dasar itu kiranya belum tepat menyandingkan peribahasa 'pungguk merindukan bulan' ke Timnas Indonesia. Seperti kata bijak: 'Do the best and let God do the rest'. Itu kiranya kunci sukses Timnas Indonesia.
(har/har)