Maroko dan Kroasia yang akan bentrok dalam perebutan peringkat ketiga Piala Dunia 2022 di Stadion Internasional Khalifa, Sabtu (17/12) malam.
Duel Kroasia vs Maroko ini akan menjadi simbol pencapaian mereka di Piala Dunia 2022 bukan keajaiban.
Pertandingan nanti adalah duel ketiga sejak bentrok pertama pada 11 Desember 1996 dan laga di babak grup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duel 26 tahun silam berakhir dengan skor sama kuat 2-2 pada waktu normal. Pertandingan pun harus dilanjutkan dengan adu penalti. Hasilnya Kroasia yang bertindak sebagai tim tamu menang dengan skor 7-6.
Karena itu bisa dibilang ini sarana Maroko untuk membalas kekalahan tersebut. Jika melihat enam pertandingan sebelumnya, The Atlas Lions sangat berpeluang untuk revans sekaligus menciptakan sejarah.
Saat melawan Prancis misalnya, Maroko mendominasi dengan 61 persen ball possession. Jumlah tembakan ke gawang juga sejajar dengan Prancis, 14 berbanding 13. Hanya soal penyelesaian akhir saja yang kalah.
Sejatinya ini anomali. Sejak babak grup, Maroko bukan tim yang doyan menguasai permainan. Namun pada laga semifinal mereka terjebak dengan pragmatisme yang diusung Prancis.
Ini sejalan dengan statistik Kroasia saat melawan Argentina. Tim asuhan Zlatko Dalic ini mendominasi permainan hingga 61 persen, melepaskan 12 tembakan dan memiliki 4 sepak pojok. Sayang kemampuan melakukan penyelesaian akhir di kotak penalti lawan lemah.
Sama seperti Maroko, Kroasia juga jadi korban pragmatisme Argentina. Mereka dibiarkan mengendalikan permainan, tetapi tidak diberi ruang untuk menusuk masuk ke kotak pertahanan.
Kalau dicermati saksama, pragmatisme juga diusung Maroko dan Kroasia dalam lima laga sebelum semifinal. Keduanya bermain 'aman' dengan mengandalkan lini tengah sebagai peredam.
Lantas siapa yang nanti akan lebih pragmatis? Saat dua tim pragmatis berduel, biasanya yang lebih progresif yang akan menang. Jika sama-sama ngotot pragmatis, penalti kiranya jadi penentu.
Karena itu duel ini jadi ujian kecerdikan Zlatko Dalic dan Walid Regragui. Terobosan yang dilakukan keduanya sama-sama jitu, termasuk saat semifinal, dan sekali lagi perlu dibuktikan.