Fajar/Rian terlihat kompak di dalam dan luar lapangan. Sebenarnya bagaimana hubungan kalian di keseharian?
Kalau saya pribadi boleh menilai, saya dan Rian paling kompak dalam arti mengadakan liburan bareng ke Bali. Saya bawa teman-teman saya, Rian bawa teman-teman dia.
Itu salah satu bentuk membangun chemistry buat nanti next tournament. Membangun chemistry itu tahu kebiasaan pasangan seperti apa sehari-hari. Jadi menurut saya sangat penting, karena bagi kami tidak ada istilah diam-diaman, apa gunanya bagi kami.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena kami cari kerjaan, cari penghasilan bareng-bareng, berprestasi bareng-bareng. Jadi kalau kami diam-diaman, gengsi-gengsian malah rugi. Jadi saya selalu mencairkan suasana dengan partner biar lebih enjoy.
Di luar pelatnas, saya dan Rian sebenarnya punya teman sendiri-sendiri, punya kegiatan masing-masing. Cuma saya selalu mencairkan suasana agar bisa kompak contohnya kemarin liburan bareng.
Bagaimana kamu lihat sosok Rian?
Rian itu pendiam dan penurut. Itu kalau ke saya, gak tahu ya kalau ke yang lain. Dia anak yang baik. saya bilang A, ya A, saya bilang B, ya B.
Karena kamu lebih tua setahun, berarti kamu yang bertindak sebagai kakak dan senior dalam duet Fajar/Rian?
Tidak juga, karena kedewasaan itu tidak bisa dilihat dari umur. Saya juga banyak belajar dari junior-junior juga. Belum tentu kita lebih tua tetapi lebih dewasa.
Bagaimana orang itu, karakter orang itu berbeda-beda. Ada yang suka keramaian, ada yang sendiri.
Masih ingat momen pertama kali dipasangkan dengan Rian?
Rian sudah masuk pelatnas duluan, saya baru masuk Juli 2014 dengan status magang. Saya tidak punya pasangan karena di junior saya lebih berprestasi di ganda campuran.
Tetapi pelatih memilih saya di ganda putra karena saya dirasa cocok di ganda putra. Waktu saya magang, Rian sudah di pelatnas, saya pernah pasangan main lawan senior Muhammad Ulinnuha/Wahyu Nayaka di latihan, saat itu saya sama rian bisa menang.
Pelatih mau mencoba di Indonesia International Challenge dan langsung bisa juara.
![]() |
Setelah dipasangkan dengan Rian, ada pembicaraan apa di antara kalian?
Saya pribadi dipasangkan dengan siapa saja terserah pelatih ya karena pelatih berpengalaman. Menurut saya saat itu yang penting masuk pelatnas dulu, karena saya masih magang. Yang terpenting bagi saya bisa masuk pelatnas dulu.
Dimanapun saya ditempatkan, di ganda campuran ataupun ganda putra.
Berarti kapan mulai yakin bahwa Rian memang pasangan yang cocok buat kamu?
Saya selalu percaya ke partner-partner saya, dari junior, dipasangkan dengan siapapun selalu percaya karena mau berpikir positif
.
Apalagi Rian pendiam dan rajin, jadi saya lebih yakin. Sebelum dipasangkan dengan Rian pun sudah klop.
Sekarang sudah peringkat 1, bagaimana melihat persaingan menuju Olimpiade 2024?
Yang pasti di 2020 dijadikan pelajaran, kami terlalu menggebu-gebu. Kami ingin menjadikan kegagalan lolos Olimpiade 2020 sebagai pelajaran bagaimana menghadapi Olimpiade 2024.
Kami mau fokus, karena semua ingin lolos Olimpiade. Kami ingin selalu fokus di tiap match, tiap turnamen. Kalau turnamen hasil baik, pertandingan menang, kami pasti lolos.
Jangan seperti saat ini mau menghadapi Malaysia Open, sudah memikirkan 2024. Itu terlalu jauh.
Karena itu sudah kami alami di 2020. Karena kami memikirkan lolos, lolos, lolos, malah pertandingan besok lupa dan akhirnya kayak tidak fokus, ketakutan, takut kalah.
Apakah pemain badminton batere HP-nya cepat habis bila sehabis juara karena banyak yang kirim komentar dan ucapan selamat?
Kalau saya setelah turnamen, setelah juara itu mengabari keluarga, ngabari grup teman, mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungan.
Mungkin yang paling langsung instan itu keluarga dan orang terdekat. Nah sudah sampai di hotel, sudah rileks dan enjoy, saya baru lihat chat-chat dari orang.
Soal batere handphone kayaknya tidak pengaruh karena biasanya kalau sudah yang komentar ribuan jarang kebaca, paling yang atas-atas saja kebaca, kalau sudah yang di bawah-bawah sudah susah kebaca.
Kamu sempat punya cita-cita jadi pemain sepak bola. Apakah bila dulu cita-cita itu diteruskan, kamu yakin bisa tampil di Liga 1?
Tidak ada yang tahu ya hahaha, tetapi misalkan latihan dari kecil, saya juga sebenarnya di bulutangkis ini tidak menyangka sampai sejauh ini karena dulu saya tidak bagus di bulutangkis, tidak begitu berprestasi sekali.
Kalau misalkan saya menekuni dunia sepak bola dan apakah bisa main di Liga 1? Saya yakin bisa. Semua orang kalau sungguh-sungguh, bisa.
Kalau sedang main fun football, bila dibandingkan teman-teman kamu, apakah kamu termasuk jago?
Kalau main sama anak-anak PBSI 11-12 saja. Kalau main sama anak-anak bola, ya paling jelek. Karena tidak tahu, tidak mengerti.
Itu cuma mengisi waktu luang saja, apalagi karena kami sesama atlet, saya banyak dekat dengan pemain sepak bola sering bertukar cerita, bertukar pikiran tentang olahraga Indonesia.
![]() |
Kamu sudah punya gelar S1. Bagaimana kamu melihat pendidikan untuk diri kamu dan apa yang ingin kamu capai?
Saya sudah punya gelar S1 tetapi sekarang sedang menjalankan S2. S1 jurusan Geografi, S2 jurusan manajemen.
Bulutangkis menurut saya ada batas usianya, tidak selamanya kita main di bulutangkis. Ke depannya kita tidak tahu, setelah jadi pemain apakah jadi pelatih.
Tetapi menurut saya pendidikan ini penting. Apalagi keluarga saya semua mengharuskan saya meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam arti bukan hanya sekadar dapat ijazah, tetapi juga dalam hal sosial, bersosialisasi dengan orang lain, itu yang paling penting.
Kalau menurut saya pribadi, setelah bulutangkis, saya harus memikirkan plan B, plan C seperti apa buat masa depan.
Berarti masih ada kemungkinan melihat Fajar Alfian jadi dosen atau guru di masa depan?
Tidak ada yang tahu, tidak ada yang tahu. Sampai sekarang saya juga tidak tahu mau jadi apa setelah bulutangkis hehehe..
Kalau anjuran soal pendidikan, kamu sudah mengikuti orang tua. Lalu bagaimana soal menikah? Apakah orang tua juga sudah ada pembicaraan soal menikah?
Dari orang tua itu, 100 persen tergantung saya, terserah saya, mau nikah kapan, mau nikah sama siapa. Yang terpenting sayang diri sendiri, sayang orang tua juga, dan satu kepercayaan.
Keluarga selalu mendukung keputusan saya. Sekarang saya ingin dulu fokus, berkarier. Ingin terlebih dulu main di Olimpiade dan bisa maksimal di sana.
Bukan berarti setelah menikah seorang pemain bisa menurun, tidak seperti itu. Cuma pasti fokus bakal berbeda setelah menikah. Itu kalau menurut saya ya, karena semua atlet berbeda-beda.
Bila dibandingkan dengan Ahsan/Hendra yang masih berprestasi setelah punya anak dan istri, tetapi tidak semua orang bisa seperti mereka. Orang itu berbeda-beda menurut saya.
Saya ingin totalitas di bulutangkis, mungkin sekarang mencari dulu yang cocok nih, ingin dulu tampil di Olimpiade, barulah setelah itu kita lihat nanti.