Kenapa PSSI Sering Ganti Ketua tapi Sepak Bola Indonesia Tak Berubah?
Sepak bola Indonesia cenderung terasa jalan di tempat, meskipun ketua umum PSSI beberapa kali berganti.
Pergantian ketua PSSI terlihat tidak berpengaruh banyak pada kemajuan sepak bola Indonesia. Kompetisi, prestasi klub dan Timnas Indonesia hanya berkutat di situ-situ saja.
Ketua umum PSSI yang tidak fokus pada perannya bisa jadi masalah utama dari sepak bola Indonesia yang terus tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Sejak 2009 tidak ada klub Indonesia yang bisa tampil pada putaran final Liga Champions Asia sebagai turnamen tertinggi antarklub AFC.
Klub-klub seperti Persipura Jayapura, Persija Jakarta, hingga Persib Bandung pupus di babak kualifikasi.
Pada kasta di bawahnya, AFC Cup, klub-klub Indonesia belum juga berbicara banyak. itu semua karena faktor kualitas liga domestik.
Timnas Indonesia yang belum kunjung juara Piala AFF atau SEA Games juga terkait dengan faktor dari 'dalam negeri' sendiri.
Indonesia belum punya kompetisi yang baik, persiapan Timnas Indonesia juga cenderung tak berjalan mulus. Semua itu karena faktor pengurus yang tidak bekerja dengan serius, ketua umum PSSI juga tidak fokus.
Bukan hal aneh jika PSSI hanya menjadi kendaraan politik bagi seorang ketua umum demi mendapatkan posisi yang baik dalam bidang politik.
Sepak bola adalah olahraga masyarakat Indonesia. Tidak saja di atas lapangan atau stadion bagus, si kulit bundar tetap bisa menggelinding dan masuk ke gawang sekalipun hanya di atas tanah merah atau atap gedung.
Di mana-mana masyarakat Indonesia mengenal sepak bola. Tidak mengherankan jika sepak bola Indonesia jadi sorotan bagi berbagai kalangan.
Karena itu juga PSSI bisa jadi media bagi ketua umum yang memiliki target tertentu mendapatkan banyak sorotan, salah satunya dari Timnas Indonesia.