Jakarta, CNN Indonesia --
Herry Iman Pierngadi dan Aryono Miranat berhasil mewujudkan All Indonesian Final antara Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto vs Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di All England pada pekan lalu. Bagi Herry IP, pencapaian tersebut terbilang luar biasa dan mengejutkan.
Herry IP sedang dalam perjalanan ke Swiss untuk bersiap mendampingi Tim Badminton Indonesia berlaga di rangkaian turnamen selanjutnya ketika berbagi cerita dengan CNNIndonesia.com, Minggu (19/3) pagi waktu setempat. Ia tidak bisa menyaksikan secara langsung laga Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto vs Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di Utilita Arena Birmingham.
Selain karena tugas lanjutan telah menantinya, Herry IP juga bisa dengan tenang meninggalkan Birmingham lantaran telah mewujudkan All Indonesian Final. Kondisi itu membuat ia bisa mantap 'menitipkan' laga sengit itu pada Aryono Miranat yang tetap bertahan di Birmingham.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andai saja All Indonesia Final tak tercipta, dan hanya satu wakil yang lolos ke final, Herry IP bakal tetap bertahan di Birmingham dan mendampingi wakil Indonesia bersama Aryono di partai final.
Mengenang waktu sebelum keberangkatan, Herry IP berterus terang bahwa All Indonesian Final di All England adalah sesuatu yang sulit untuk diwujudkan.
"Ya enggak yakin, walaupun persiapan cukup baik. Namanya pertandingan masih 50-50, ada menang-kalah, apalagi melihat drawingnya begitu keras."
"Jujur tidak kepikiran bisa terjadi All Indonesian Final lagi. Memang kalau dari segi persiapan, persiapan kami cukup baik. Kami tidak ikut German Open demi fokus All England karena targetnya memang di turnamen ini," tutur Herry IP.
Salah satu hal yang membuat Herry IP tidak mau menebar optimisme berlebihan adalah perihal drawing yang terbilang keras. Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berjumpa Kang Min Hyuk/Seo Seung Jae dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin bertemu Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
Sang juara bertahan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri dapat drawing yang agak ringan dibanding yang lain karena bertemu pemain veteran Korea, Kim Gi Jung/Kim Sa Rang, sedangkan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan justru sudah harus bentrok dengan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan.
Di laga Fajar/Rian vs Kang/Seo, terbukti Fajar/Rian kesulitan. Fajar/Rian butuh rubber game untuk menang 20-22, 21-12, 21-19. Selain kehilangan gim pertama, Fajar/Rian sempat tertinggal 7-13 di gim penentuan.
"Itulah ujian Fajar/Rian, jadi saya boleh dibilang juga masih belum yakin. Karena biasanya selama saya mengikuti pertandingan, pertandingan awal Fajar/Rian, mereka belum in."
"Apalagi posisinya sekarang dia ranking satu, unggulan 1, ujung tombak Indonesia. Tiga faktor itu yang menurut saya harus bisa mereka lewati. Ternyata di babak pertama, permainan mereka tidak keluar. Tidak lepas mainnya, ada pressure," kata Herry IP.
Herry IP menyatakan bahwa ia tidak banyak menekankan pada kekalahan yang dialami Fajar/Rian di gim pertama. Herry IP fokus pada upaya membangkitkan kepercayaan diri Fajar/Rian.
"Saya tidak ngomong soal kalahnya, saya lebih berupaya mengembalikan fokus mereka, agar mereka lebih konsentrasi, lebih berani, lebih percaya diri lagi. Karena kemampuannya di gim pertama tidak maksimal."
"Saya bilang coba lagi di gim kedua, lebih percaya diri, coba lagi. Ternyata mereka bisa keluar dan mengatasi tekanan," ujar Herry IP.
 Fajar/Rian menghadapi laga berat di babak pertama lawan Kang Min Hyuk/Seo Seung Jae. (Arsip PBSI) |
Ketika Fajar/Rian tertinggal di gim penentuan, Herry IP mengakui bahwa faktor lapangan yang ditempati Fajar/Rian di gim pertama dan paruh awal gim ketiga turut berpengaruh pada penampilan Fajar/Rian. Fajar/Rian akhirnya bisa mengejar ketinggalan dan menang tipis 21-19 di akhir laga setelah berpindah lapangan di paruh kedua gim ketiga.
"Lapangan itu berpengaruh terhadap kualitas servis. Ada menang angin, kalah angin. Itu menurut saya dari sisi non teknis. Sedangkan dari sisi teknis, mereka harus fokus pada pembukaan servis. Itu yang harus benar-benar diperhatikan. Apalagi poin-poin tua [akhir]. Tidak boleh salah. Salah ya selesai. Situasi itu kan seperti jalan di jurang," ucap Herry IP.
Dalam laga berat lainnya, Herry IP menyebut Leo/Daniel telah menunjukkan kinerja bagus dengan menaklukkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
"Leo/Daniel juga punya pressure, head to head kalah terus, itu jadi momok buat mereka. Semua pemain pasti pernah mengalami hal itu. Saya lihat mereka bisa keluar dari situ."
"Saya nilai perkembangan mereka cukup baik, bisa jadi harapan ke depan, jadi generasi berikutnya yang bisa diandalkan di ganda putra Indonesia," tutur Herry IP.
 Leo/Daniel mampu mengalahkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik di babak pertama. (Arsip PBSI) |
Empat wakil lolos ke babak kedua All England. Fajar/Rian, Bagas/Fikri, Ahsan/Hendra, dan Leo/Daniel. Di babak kedua, semua wakil tersebut sukses melaju ke perempat final.
Pertandingan di babak kedua bisa dilalui dengan lebih mulus oleh para wakil Indonesia. Pertarungan di babak kedua bahkan tidak sesengit di babak pertama.
"Harusnya yang ideal, sebagai pemain seeded, babak awal yang enteng. Tetapi ini kebalik karena memang semua tergantung drawing dan pertandingan kadang-kadang seperti itu."
"Empat wakil di perempat final, saya melihat targetnya mulai bisa mendekati. Karena tinggal delapan besar dan semifinal. Target yang diinginkan All Indonesian Final, Indonesia harus juara. Itu sebenarnya tekanan buat pemain. Kalau buat saya sih tantangan, tetapi itu terasa jauh lebih beban pada para pemain,"
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Masuk ke babak perempat final, Indonesia sudah memastikan satu tempat di semifinal seiring duel Fajar/Rian vs Bagas/Fikri di babak delapan besar. Sedangkan dua duel lainnya adalah Ahsan/Hendra vs Liu Yuchen/Ou Xuanyi dan Leo/Daniel vs Liang Weikeng/Wang Chang.
Laga Ahsan/Hendra jadi tantangan tersendiri lantaran Ahsan/Hendra tidak pernah menang dalam tiga duel lawan Liu/Ou di pertemuan sebelumnya.
"Kuncinya adalah perubahan cara bermain Ahsan/Hendra, konsisten sama pola main. Tidak boleh angkat shuttlecock, karena kalau diangkat bakal repot," ucap Herry IP.
Berbekal pelajaran dari laga-laga sebelumnya, Ahsan/Hendra berhasil mengalahkan Liu/Ou dengan skor 16-21,21-19, 21-19.
"Mereka juga ubah irama main, tidak boleh keras, tidak boleh cepat. Kalau dipercepat, adu drive terus, Liu/Ou bakal senang sekali karena mereka memang polanya seperti itu. Jadi polanya kami ubah, kami buat lebih pelan, malah lawan jadi sering bikin salah dan nyangkut."
"Menurut saya, prinsip ganda putra harus ofensif, tidak boleh bertahan," ungkap Herry IP.
Di laga lain, Fajar/Rian berhasil mengalahkan Bagas/Fikri dengan skor 21-18, 21-13. Menurut Herry IP, laga melawan rekan sendiri justru membuat Fajar/Rian bisa tampil di level terbaik.
"Karena sering ketemu, sering latihan bersama, sudah tahu bola-bolanya. Karena sama-sama teman sendiri, mereka lebih tenang. Kalau lawan negara lain, lebih ada tekanan. Fajar/Rian benar-benar menikmati pertandingan dan sudah tahu tipikal bola-bola dari Bagas/Fikri."
 Fajar/Rian mengalahkan Bagas/Fikri di perempat final All England. (Arsip PBSI) |
Herry IP juga menyoroti permainan Bagas/Fikri yang berstatus sebagai juara bertahan All England. Setelah juara All England tahun lalu, penampilan Bagas/Fikri terbilang menurun dan kesulitan bertahan hingga akhir turnamen.
"Sedangkan Bagas/Fikri, kalau dari grafik, bisa dibilang ada peningkatan tetapi masih ada PR yang harus mereka kerjakan, terutama masih banyak error. Harusnya dapat poin, malah jadi poin untuk lawan. Terutama di poin akhir, error mereka masih harus dikurangi."
"Semua butuh proses, Fajar/Rian juga dulu terkenal error-nya banyak. Tetapi dengan proses, waktu, pematangan, mereka bisa berubah. Semua butuh waktu, tidak bisa instan," ucap pelatih berusia 60 tahun tersebut.
Di babak perempat final ini, satu wakil Indonesia gugur yaitu Leo/Daniel. Leo/Daniel kalah dari Liang Weikeng/Wang Chang dengan skor 21-13, 19-21, 18-21.
"Bila melihat peluang, sebenarnya Leo/Daniel bisa menang, terakhir bertemu di Singapura mereka menang. Di pertandingan kemarin, mereka cuma kalah sedikit karena secara keseluruhan imbang."
"Saya tekankan pada mereka bahwa ini [Liang/Wang] adalah lawan kamu ke depannya, ini saingan kamu. Mereka bisa dibilang sekelas, seimbang, menang-kalah tergantung poin akhir. Kalah salah, selesai gimnya," ucap Herry IP.
Semifinal yang Menegangkan
Masuk ke babak semifinal, Indonesia masih memiliki dua wakil di nomor ganda putra. Keduanya juga akan menghadapi ganda China. Fajar/Rian bertemu He Jiting/Zhou Haodong sedangkan Ahsan/Hendra berjumpa Liang/Wang.
"Jujur yang berat itu duel yang dijalani Ahsan/Hendra. Jadi All Indonesian Final itu tergantung Ahsan/Hendra. Kalau Ahsan/Hendra bisa memenangkan pertandingan, persentase terjadinya All Indonesian Final lebih besar."
"Sebelumnya mereka di India kalah. Namun keuntungannya saya sudah lihat pertandingan Leo/Daniel lawan Liang/Wang. Jadi saya hapal kelemahan mereka di mana, kelebihannya di mana," ujar pria yang sudah berkiprah sebagai pelatih di Pelatnas Cipayung sejak 1993 ini.
Salah satu strategi yang ditekankan Herry IP adalah menginstruksikan Ahsan/Hendra untuk tidak memberikan bola tinggi pada Liang Weikeng. Instruksi itu terlihat kembali ditekankan Herry IP di saat interval.
"Tembakannya Liang Weikeng banyak tembus. Kami harus ubah pola main, tidak boleh mengangkat bola, harus bola-bola datar. Itu kelebihannya Ahsan/Hendra. Kalau main angkat, riskan. Kami tentu tidak boleh membuat musuh memanfaatkan kelebihan mereka," ucap Herry IP.
Walaupun sudah menerapkan strategi dengan baik, laga sengit lawan Liang/Wang tetap tidak terelakkan. Salah satu momen ikonik dari laga semifinal itu adalah ketika Herry IP dan Aryono sama-sama bereaksi dengan gerakan yang serupa ketika Ahsan/Hendra gagal menyelesaikan pertandingan di kedudukan 20-19.
"Karena saat 20-19, bolanya tanggung lalu dismes Ahsan, nyangkut. Harusnya selesai. Itu yang buat saya kebetulan sama Aryono sama ekspresinya. Aryono hampir jatuh tuh dari kursinya kalau gak saya pegangin. Kalau ga ditahan, jatuh dia ke belakang, kursinya sudah naik."
"Saya tahan kursinya, bisa heboh sedunia itu kalau jatuh. Kursinya sudah naik, tinggal jatuhnya doang, tetapi saya tahan. Aryono bilang 'Eh gua mau jatuh, makanya saya tahan'. Dia pegangan kursi saya. Kalau enggak, jatuh ke belakang, ngejomplang," ujar Herry IP.
 Ahsan/Hendra menang 29-27 pada gim penentuan melawan Liang Weikeng/Wang Chang. (Dok. PBSI)) |
Ternyata bukan itu saja momen menegangkan di ujung gim ketiga. Laga Ahsan/Hendra vs Liang/Wang ternyata terus berlanjut lama di saat setting. Ahsan/Hendra bahkan sempat tiga kali menghadapi match point lawan. Dalam situasi penuh ketegangan itu, Herry IP terus memberikan instruksi.
"Saya harus kasih instruksi, karena mereka tidak bisa lihat [secara jelas], kami sebagai pelatih yang bisa lihat. Dari match point ke-26 atau ke-27 saya sudah bilang servis harus digeser ke kanan. Ternyata Ahsan coba nyolong servis dan lawan sudah siap," ungkap Herry IP yang aktif sebagai pemain di era 80-an.
Herry IP lalu mengulang arahan tersebut ketika match point keenam didapat Ahsan/Hendra pada kedudukan 28-27.
"Begitu kedudukan 28-27 saya bilang lagi,'San servis pindahin arahnya. Hendra buang silang ke depan'. Ternyata Hendra buang silang tetapi ke belakang. Bolanya datar, ditembak lawan nyangkut."
"Strategi itu penting sekali. Tidak boleh salah. Unggulnya Ahsan/Hendra kemarin itu karena ketenangan mereka. Jam terbang mereka. Berbanding terbalik sama Liang yang sempat salah servis. Dari bahasa tubuhnya kelihatan, jadi kami lebih banyak mengarahkan serangan ke Liang karena dia yang lebih tegang," tutur Herry IP.
Saat Ahsan/Hendra menang, posisi Fajar/Rian masih di hotel lantaran mereka baru bertanding di sesi kedua pada sore hari. Dalam pandangan Herry IP, Fajar/Rian sudah fokus pada laga semifinal yang bakal mereka jalani.
"Menurut saya kemenangan Ahsan/Hendra ada pengaruhnya, akan tetapi saya lihat Fajar/Rian memang sudah konsisten mainnya, sudah fokus, dan lebih tenang. Plus-minus menang-kalah Ahsan/Hendra, Fajar/Rian saya lihat memang sudah siap."
"Fajar/Rian saya lihat seperti di Malaysia. Babak pertama kritis, ke sananya lebih enjoy. Di All England juga begitu, makin ke sini Fajar/Rian makin main lebih lepas, lebih mapan, lebih matang, lebih yakin. Mereka main lebih tenang tidak seperti babak pertama. Menang straight game semua," ujar Herry IP.
All Indonesian Final pun terwujud. Fajar/Rian berhasil mengalahkan He Jiting/Zhou Haodong dengan skor 21-19, 21-17.
"Keberhasilan All Indonesian Final ini juga banyak dibantu Tuhan, yang tidak mungkin jadi mungkin. Pemain-pemain Indonesia juga diuntungkan perihal rejeki [saat poin genting menghadapi lawan], dan tentunya tidak lepas dari pemain-pemain yang juga tampil luar biasa."
"Kami juga banyak dibantu Pak Desra Percaya [Dubes RI untuk Inggris]. Beliau banyak memberi dukungan dan perhatian. Suporter juga saya cukup banyak, dari beberapa kota mereka mengorbankan waktu dan dana. Terima kasih buat suporter Indonesia. Suara mereka menggema bahkan suara suporter Indonesia hampir mirip seperti di Istora."
All Indonesian Final di All England 2023 akhirnya dimenangkan oleh Fajar/Rian. Fajar/Rian mengalahkan Ahsan/Hendra dengan skor 21-17, 21-14.
[Gambas:Video CNN]