TESTIMONI

Vennard Hutabarat: Blak-blakan Si Legenda Futsal Indonesia

Vennard Hutabarat | CNN Indonesia
Rabu, 22 Mar 2023 19:30 WIB
Vennard Hutabarat mengawali karier sebagai pesepakbola dan kemudian beralih menjadi pemain futsal. Namanya kini identik dengan legenda futsal nasional.
Vennard Hutabarat meraih prestasi secara tim dan individu di ajang futsal lokal dan internasional. (Arsip Pribadi Vennard Hutabarat)

Di awal tulisan ini saya bilang kalau sukses saya di futsal karena orang tua. Ayah adalah orang yang pertama memperkenalkan saya dengan sepak bola karena itu juga hobi beliau.

Kalau ada pertanyaan: Siapa sosok yang membuat saya seperti saat ini? Jawabannya adalah orang tua. Ayah yang namanya saya rajah di lengan kiri adalah pahlawan dan role model saya. Peran ibu pun tidak kalah besar dalam karier dan kepindahan saya dari sepak bola ke futsal.

Saya kecil di Kalimantan, di Bontang, karena mengikuti ayah yang bekerja di sana. Ketika itu saya sejak kelas 1 SD mendapat pelatihan sepak bola secara mandiri dari ayah yang juga membina tim sepak bola di kantornya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampai kemudian kami pindah ke Jakarta karena ayah dipindah bekerja di ibu kota. Di Jakarta, saya tinggal di daerah Pluit. Kebiasaan latihan bola privat terus dijalankan di Jakarta, seiring saya juga menjadi atlet andalan sewaktu SMP.

Suatu ketika saya dan abang saya berlatih di bawah arahan ayah di Stadion Pluit. Di sisi lapangan lain ada kesebelasan Warna Agung juga latihan, ternyata saya dan abang saya mendapat perhatian dari pelatih klub tersebut yaitu Gusnul Yakin.

Klub Warna Agung adalah salah satu yang memiliki nama besar di era Galatama, ketika itu di sana masih ada Widodo Cahyono Putro. Saya dan abang saya kemudian disarankan masuk ke tim junior Warna Agung.

Kemampuan saya dalam mengolah bola dan memainkan si kulit bulat membuat tim pelatih mempercayai saya berlatih di dua tim, senior dan junior.

Dari Warna Agung, bakat saya tercium tim Persija Jakarta. Dari situ kemudian karier saya naik dari level tim anak gawang, ke tim divisi dua, hingga membela tim utama Persija.

Bisa dibilang tim Macan Kemayoran ini berkesan di hati karena saya menjalani proses dari pemain junior ke senior itu di Persija.

[Gambas:Instagram]

Saya kemudian sempat pindah-pindah klub, dari Persija ke PKT Bontang, kemudian ke PSM Makassar, dan juga sempat ke Liga Hong Kong. Waktu itu bersama Rochy Putiray, tetapi beda klub. Rochy di Instant Dict, saya di Rangers.

Ketika sedang enak menjalani karier, ayahanda saya tercinta wafat. Lantas ibu saya meminta saya agar 'pensiun' dari sepak bola dan bekerja biasa seperti orang kebanyakan. Permintaan tersebut dikarenakan ibu tak mau anaknya jauh dari Jakarta.

Tak disangka ternyata itulah titian saya menuju sukses. Bisikan orang tua yang saya turuti itu berbuah manis. Saya yang kemudian menjadi karyawan, kemudian mendapat tawaran bermain membela timnas futsal Indonesia yang baru mau dibentuk untuk menghadapi Piala Asia 2002 yang berlangsung di Jakarta.

Kemudian muncul pula klub-klub futsal di Indonesia. Saya pun menjalani profesi sebagai karyawan di sebuah perusahaan yang sebenarnya juga memiliki kaitan dengan olahraga, sekaligus mendapat privilege untuk berlatih dan bermain futsal. Ini kalau saya bilang, Tuhan membukakan jalan setelah saya menuruti permintaan orang tua.

Kalau dibandingkan berdasarkan besaran honor, jelas sepak bola jauh lebih besar. Tetapi apa yang saya dapat setelah pindah dari sepak bola tidak sekadar gaji. Ada pintu rezeki lain yang terbuka saat kita membahagiakan orang tua. Saya kemudian bisa menjadi pemain terbaik di liga futsal pertama di Indonesia, serta bisa juga menjadi juara saat bermain di tim Harimau Rawa.

Saya menjadi pemain futsal dan membela tim-tim yang berbasis di Jakarta karena ibu tidak mengizinkan saya berkelana jauh. Saya pun sempat membatalkan proses transfer ke sebuah klub di Thailand.

Ketika saya membela timnas futsal, olahraga ini waktu itu adalah hal baru di Indonesia. Tidak ada klub, apalagi kompetisi, sehingga banyak pemain-pemain sepak bola yang ditarik ke tim tersebut. Selain saya, ada nama-nama seperti Yeyen Tumena, Paulus Krey, Francis Wewengkang, sampai almarhum Listianto Raharjo.

Saya sebenarnya tidak asing dengan futsal. Ketika masih berada di Hong Kong, saya pernah bermain dan berlatih sepak bola dalam ruangan bersama tim ketika memasuki musim dingin. Konsepnya waktu itu adalah sepak bola, bukan futsal. Tetapi sudah mirip dengan futsal.

Banner Testimoni

Jika ditilik lebih jauh, perkenalan saya dengan kata 'futsal' sebenarnya sudah terjadi ketika saya berada di bawah asuhan pelatih Persija asal Brasil Jairo Matos.

Waktu itu beliau bilang kalau saya adalah pemain dengan skill baik, seperti orang Brasil, dan percaya diri memperagakannya di lapangan. Beliau juga bilang bahwa seharusnya saya main futsal agar saya bisa berkembang lebih baik lagi. Ucapan Jairo Matos benar-benar menjadi kenyataan ketika saya pindah jalur.

Pahit manis hidup di futsal ini sudah saya rasakan, termasuk ketika mengalami kerugian materi saat 'menalangi' hidup sebuah tim futsal pada medio 2017.

Itulah bentuk kecintaan saya terhadap futsal. Bagi saya materi bisa diganti, tetapi kebanggaan saya ketika melihat ada anak didik yang sukses di bidang apapun adalah penghargaan besar yang tak bisa ditukar.

(nva/har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER