Jakarta, CNN Indonesia --
Gregoria Mariska sudah sejak lama disebut-sebut sebagai sosok istimewa. Namun ia harus menempuh jalan panjang penuh luka untuk membuktikan bahwa ia memang punya potensi untuk jadi pemain yang luar biasa.
Masuk Pelatnas Cipayung di usia 14 tahun adalah salah satu indikasi bahwa Gregoria punya bakat dan pesona yang luar biasa. Begitu Gregoria jadi juara dunia junior di 2017, bertambah lagi satu alasan untuk menaruh banyak harapan.
Namun yang terjadi kemudian Gregoria justru dihantam oleh sisi lain dari tingginya harapan. Ada beban besar yang mengiringi tiap langkahnya ketika menginjak lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada tekanan yang datang, baik dari luar maupun dalam.
Tekanan dari luar, kemungkinan juga hadir mereka-mereka yang pernah menaruh harapan. Ketika harapan mereka ke Gregoria tak cepat datang, kekecewaan mereka berubah jadi cacian dan bahkan kecaman-kecaman yang tak sepatutnya diucapkan.
Sedangkan dari dalam, Gregoria pun bergulat dengan sejumlah pertanyaan. Pertanyaan tentang kepatutan dan kepantasan.
 Gregoria Mariska berhasil jadi juara Spain Masters 2023. (Dok PBSI) |
Perjalanan kariernya yang terlihat lancar di usia belasan mendadak tersendat bahkan seolah cenderung diam tak bergerak ketika ia mulai dituntut untuk bisa melanjutkan konsistensi prestasi.
Status pebulutangkis tunggal putri terbaik Indonesia yang disandang Gregoria pun dari tahun ke tahun makin terasa berat. Seiring angka usianya berubah, beban tunggal putri nomor satu Indonesia juga terus bertambah.
Pada akhirnya Gregoria kemudian diterpa ketidakyakinan dan keraguan. Hal itu yang lalu jadi tekanan dan membuat mental Gregoria tidak cukup kuat untuk menjalani turnamen demi turnamen.
Harapan tinggi dan hasil buruk yang berulang adalah pukulan-pukulan yang menghajar Gregoria. Luka-luka yang ia alami justru kemudian malah memperberat langkah Gregoria saat berlaga di turnamen berikutnya.
Di 2022, ada momen ketika Gregoria mulai bisa mendapat pijakan berharga. Momen tersebut adalah ketika ia mampu jadi kapten dan membawa Indonesia juara Badminton Asia Team Championships.
Kemenangan itu kemudian membuat Gregoria yakin bahwa ia harus segera lepas dari tekanan agar perjalanan kariernya tidak lagi tersendat dan terhambat karena faktor yang datang dari dalam diri sendiri.
Momen kedua ada ketika Gregoria mengunggah tulisan terbuka tentang hal-hal yang ia rasakan dalam kariernya di dunia badminton pada 23 Mei 2022. Dalam tulisan tersebut, Gregoria mengutarakan semua perasaan dan situasi-situasi sulit yang ia alami secara terang-terangan.
"Aku sudah beneran terima kalau ada kata-kata buruk yang orang lontarkan ke aku karena akupun begitu melihat diriku sendiri."
 Gregoria Mariska sudah dibebani jadi harapan tunggal putri Indonesia sejak usia belasan. (Arsip PBSI) |
Kalimat itu adalah penggalan dari tulisan panjang Gregoria tentang perasaan dirinya.
Merespons hal tersebut, banyak penggemar yang melontarkan dukungan padanya. Para penggemar badminton bahkan sempat membuat kumpulan tulisan-tulisan yang dijadikan buku untuk dikirim ke Gregoria.
Di titik itu Gregoria mungkin sadar, bahwa bukan hanya orang-orang terdekat yang terus ada dan berharap yang terbaik untuk dirinya. Ada banyak orang di luar yang juga terus mengiringi perjuangannya.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Dukungan konsisten dari lingkar terdekat, ditambah kesadaran masih banyak yang menaruh harapan dan dukungan adalah pemantik keyakinan dalam diri Gregoria.
Gregoria mulai menunjukkan perubahan. Di akhir 2022, ia bisa masuk final di Australia Open serta masuk semifinal Hylo Open. Gregoria juga bisa tampil di BWF World Tour Finals setelah awalnya berstatus 'reserve'.
Walaupun Gregoria tak otomatis lolos langsung saat itu, status 'reserve' di BWF World Tour Finals sudah jadi sinyal perkembangan permainan yang dialami oleh Gregoria.
Begitu masuk tahun 2023, grafik peningkatan yang ditunjukkan Gregoria pun makin terlihat. Dari segi teknik, sejak masih belasan, Gregoria sudah diakui banyak orang punya variasi pukulan yang mumpuni.
Karena itu ketika Gregoria bisa percaya diri menampilkan seluruh senjata yang ia punya, persentase untuk meraih kemenangan pun otomatis bakal bertambah.
Daya juang Gregoria pun terlihat meningkat. Ia beberapa kali bisa mengejar ketika dalam posisi tertinggal, setelah pada tahun-tahun sebelumnya kesulitan untuk bangkit saat berada di posisi yang sama.
 Dalam tiga turnamen terakhir di Eropa, Gregoria Mariska mampu menapak ke perempat final All England, semifinal Swiss Open, dan juara Spain Masters. (Arsip PBSI) |
Sedangkan dari segi fisik, Gregoria juga membekali dirinya dengan fisik yang lebih mumpuni untuk laga-laga yang berlangsung dalam durasi waktu lama.
Kekalahan-kekalahan dan segala luka yang ia alami di periode-periode sebelumnya, sukses ia jadikan pelajaran dan bukan malah menjadi beban tambahan.
Saat pola pikir dan cara pandang Gregoria terhadap pertandingan berubah, dari situ pula, di lapangan ia mulai terlihat bergerak lebih lincah.
Di Spain Masters, Gregoria bisa bangkit dari situasi kritis ketika melawan Kim Ga Eun ketika dirinya dihadapkan pada tiga match point lawan.
Dalam upaya meraih gelar Spain Masters, Gregoria pun sukses melangkahi Carolina Marin dan P.V. Sindhu. Sebagai pebulutangkis, Marin dan Sindhu termasuk sosok pebulutangkis dengan jangkauan yang baik lantaran ditunjang postur tubuh yang tinggi.
Namun Gregoria bisa membuat keduanya kepayahan dan kerepotan. Dropshot, netting silang, berpadu smes tajam dikeluarkan oleh Gregoria. Belum lagi Gregoria seringkali menghiasi reli dengan 'deception shot' memanfaatkan skill pergelangan tangan miliknya.
Alhasil, Marin dan Sindhu seringkali mati langkah saat berhadapan dengan Gregoria Mariska di seberang lapangan.
Gelar juara Spain Masters 2023 telah di tangan. Ini adalah gelar perdana Gregoria Mariska di BWF Tour.
Dengan status juara dunia junior dan gelar perdana BWF Tour baru datang enam tahun berselang, mungkin ada anggapan bahwa perkembangan Gregoria masih terbilang lambat.
Namun yang patut diingat, hal-hal yang masih bisa diusahakan dan diupayakan pada titik ini adalah hal-hal yang masih ada di masa depan, bukan hal-hal yang sudah terlewat.
Dengan segala rintangan, beban, dan luka yang pernah didapat, semoga Gregoria Mariska menjelma jadi sosok yang lebih kuat.
[Gambas:Video CNN]