LAPORAN KHUSUS

Rapor Merah Wasit Indonesia: Pakai Asing pun Enggak Ngaruh

Abdul Susila | CNN Indonesia
Rabu, 12 Apr 2023 10:25 WIB
Kinerja wasit masih menjadi salah satu masalah akut sepak bola Indonesia. Dari musim ke musim, rapornya tetap merah, nyaris tidak pernah hijau.
Ilustrasi wasit Indonesia. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL)

Wasit FIFA Indonesia yang terakhir diskors PSSI sampai dengan pekan kelima Liga 1 musim ini adalah Sance Lawita. Pada pekan kelima saat Borneo FC menjamu Persebaya Surabaya, Sance hanya memberikan kartu kuning untuk Kei Hirose yang membuat pelanggaran keras terhadap Koko Ari.

"Wasit lalai menerapkan pasal 12, hanya memberikan KK (kartu kuning) yang semestinya KM (kartu merah) untuk pemain Borneo FC yang melanggar pemain Persebaya dengan tenaga berlebihan (very very dangerous play) Menerjang tulang kering dengan telapak kaki dengan kekuatan penuh. (lalai dalam memberikan jaminan keselamatan pemain)," bunyi rilis PSSI.

Selain ketiga wasit FIFA itu, mereka yang saat ini dihukum PSSI adalah: Yeni Kristanto, Abdullah, Mustofa Umarella, Tabrani, Ami Jerimias Tepal, Hamim Tohari, Pipin Indra Pratama, Darma Santoso, Hotlan Nainggolan, Hari Cristanta, Mansyur, Sudarmono, Dwi Purba, Gidion Napaherang, dan Totok Fitrianto.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sukar diterima akal sehat

Beberapa rapor merah wasit pada musim yang dihiasi Tragedi Kanjuruhan yang menelan 135 korban meninggal dunia ini bahkan sulit diterima akal sehat.

Sangat banyak keputusan wasit yang salah terkait offside. Beberapa di antaranya terjadi dalam pertandingan Rans vs Persikabo, Borneo vs PSS, dan PSIS vs Persija.

Referee Assessor PSSI musim 2022/2023 Fakhrizal M Kahar mengakui masih banyak wasit yang membuat kesalahan. Ia bahkan sampai kesal sendiri.

Menurutnya kesalahan-kesalahan mendasar para wasit ini karena fokus dan konsentrasi yang bermasalah. Karenanya ia berharap penyegaran wasit rutin dilakukan.

Lelaki yang biasa disapa Rambo ini juga sangat berharap PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir membuat terobosan baru yang berimplikasi pada kualitas wasit.

"Selama ini [penyegaran wasit] cuma dua kali. Sebelum kompetisi dan saat jeda. Ini belum cukup. Wasit-wasit yang kurang, ibarat mobil di bengkel, kita kumpulkan, kita latih lagi."

"Jadi mereka dibina terus. Sehingga ada kepercayaan diri. Setiap ada yang kena sanksi dipanggil dan diberikan kepelatihan. Diberi tahu mana yang salah dan bagusnya apa," katanya.

Wasit memberikan kartu merah kepada pesepak bola Persiraja Banda Aceh Muhammad Isa (tengah) setelah melakukan pelanggaran di kotak penalti Persija Jakarta dalam lanjutan laga Liga 1 di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (2/10/2021). Persija Jakarta menang dengan skor 1-0.  ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.Ilustrasi wasit Liga 1. (ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA)

Referee Assessor PSSI lainnya Achmad Romadhon menilai perlu kerja lebih besar dan sistem lebih mapan untuk membenahi wasit yang kurang kompeten.

"Menilai wasit tidak bisa hanya dari video sepotong-sepotong. Harus full match dan hal ini sudah menjadi kesepakatan bersama dari tim evaluasi. Dalam hal wasit yang telah lalai menjalankan tugas, jelas akan mendapatkan sanksi atau pembinaan sesuai taraf kesalahannya dan akan dibebaskan sementara dari penugasan," kata Romadhon.

Selepas Tragedi Kanjuruhan, PSSI lewat situs resminya tak pernah lagi mengumumkan hasil sidang Komite Wasit. Praktis tak ada sanksi tambahan meski keputusan kontroversi masih marak terjadi.

Merespons masalah tersebut, Head of Development Referee PSSI Andes Lestyanto mengatakan pihaknya terus berupaya memperbaiki masalah kinerja wasit usai Tragedi Kanjuruhan.

"Kaitannya dengan Liga 1, "Kita melakukan analisis dan kemudian melakukan evaluasi terhadap semua perangkat pertandingan di seluruh pertandingan, baik itu yang terpantau oleh media atau tidak, dengan mudah dapat dipantau dari televisi atau layanan streaming dan rekaman pertandingan," ujar Andes.

"Dari situlah kami melakukan kerja kami, kewajiban kami, menganalisis kemudian mengevaluasi. Ya, kami menemukan beberapa kekeliruan dari perangkat pertandingan. Kami menyoroti faktor mental, fisik, konsentrasi dan fokus mereka. Kami hanya fokus pada faktor-faktor itu sehingga jika kami menemukan kelalaian atau error, maka kami akan menganalisis lebih dalam apa penyebabnya," ucap Andes.

"Setelah Tragedi Kanjuruhan kita duduk kembali kita melihat dinamika yang ada, toh akhirnya PSSI memutuskan hanya Liga 1 yang dapat dilanjutkan dengan berbagai pertimbangan, sehingga kami memutuskan fokus terhadap development untuk membantu kinerja perangkat pertandingan sejak Tragedi Kanjuruhan hingga pekan ke-34 yang akan berakhir pada 15 April nanti," ujar Andes.

(jun/har)

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER