Pasukan ganda putra Indonesia mulai mengalami masalah masing-masing terhitung sejak pertengahan tahun lalu. Marcus dan Yeremia mengalami cedera parah sehingga butuh istirahat lebih panjang.
Alhasil penampilan Kevin/Marcus dan Pram/Yere terkendala usai momen tersebut. Marcus bahkan kembali harus menjalani operasi di tahun ini sehingga Kevin/Marcus saat ini tengah vakum dalam perburuan poin di Race to Olympics.
Menimbang waktu pemulihan yang dibutuhkan plus terbatasnya durasi Race to Olympics, hingga April 2024, Kevin/Marcus butuh penampilan luar biasa setelah kembali berpasangan. Hal itu pun harus disertai syarat peringkat mereka tidak terlempar jauh sehingga bisa lolos kualifikasi untuk ikut turnamen BWF Tour.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pram/Yere sendiri sudah mulai kembali berpasangan. Mereka berupaya keras untuk mengembalikan level permainan seperti yang pernah mereka tunjukkan di paruh awal 2022. Pram/Yere sukses merebut emas SEA Games namun untuk pertarungan di BWF Tour, Pram/Yere belum bisa masuk kategori pesaing serius.
Bagas/Fikri pun masih sulit untuk kembali melejit jadi pasangan yang mengejutkan. Setelah jadi juara All England 2022, mereka malah tidak dapat momentum untuk tetap terus bertahan di persaingan papan atas.
Leo/Daniel sempat menjanjikan di awal tahun ini dengan kemenangan di Indonesia dan Thailand. Namun di pertengahan tahun mereka terkendala cedera tangan yang dialami Daniel.
Yang terbaru, Daniel malah mengalami masalah di mata berupa minus dan silinder. Masalah ini jelas jadi masalah serius bila mengingat badminton adalah tipe olahraga dengan pergerakan cepat.
PBSI wajib menemukan solusi tepat dalam waktu yang cepat karena Race to Olympics akan tetap terus bergulir di tengah kondisi dan hambatan yang dialami tiap-tiap pemain.
![]() |
Ahsan/Hendra masih punya kualitas papan atas. Terbukti di beberapa laga saat mereka masih sanggup menaklukkan lawan-lawan berkualitas. Namun Ahsan/Hendra terkendala daya tahan stamina di tahun ini.
Ahsan/Hendra sering kesulitan bila harus menjalani laga berat dan sengit secara berurutan. Hal ini yang harus dicari solusinya oleh mereka bila ingin impian berlaga di Paris bisa terwujud.
Fajar/Rian terlihat menjanjikan di awal tahun. Mereka sukses memenangkan Malaysia Open dan All England yang merupakan turnamen kategori Super 1000.
Namun seiring waktu berjalan, Fajar/Rian kembali dihadapkan kenyataan bahwa persaingan di nomor ganda putra terbilang berat. Fajar/Rian bisa juara namun kata dominan masih belum berhasil mereka tancapkan.
Dalam Race to Olympics saat ini, baru Fajar/Rian yang duduk di zona delapan besar. Fajar/Rian ada di peringkat keenam. Kemudian menyusul Leo/Daniel (12), Pram/Yere (15), Ahsan/Hendra (17), Bagas/Fikri (25), dan Kevin/Marcus (28).
Untuk nomor ganda, dua pasang harus ada di zona delapan besar Race to Olympics bila sebuah negara ingin memiliki dua wakil di Paris 2024. Tentunya bukan hanya Indonesia yang punya pikiran dan target seperti itu.
Negara-negara yang punya lebih dari satu ganda putra yang kuat tentu berusaha sekuat tenaga mendorong atlet-atlet mereka ada di zona delapan besar. Taiwan, Jepang, Malaysia, Korea, dan China adalah pesaing berat Indonesia yang sama-sama berharap bisa meloloskan dua pasang.
Berkaca pada kondisi saat ini, justru hanya Taiwan yang punya dua pasangan di zona delapan besar yaitu Lee Yang/Wang Chi Lin (4) dan Lu Ching Yao/Yang Po Han (7).
Race to Olympics baru berjalan tiga bulan dan masih ada bulan-bulan berikutnya untuk diperjuangkan. Kejuaraan Dunia di pekan depan bisa jadi momentum bagi empat pasang ganda putra Indonesia untuk memberi jawaban.
Tentu harapan yang ada bagi ganda putra Indonesia adalah kembalinya pembicaraan dan perdebatan tentang angka dua dan Olimpiade ke arah: "Siapa kira-kira dua pasang yang bakal berangkat ke Paris?" dan bukan malah terus-menerus berkutat dalam aura pesimis: "Bisakah kita kirim dua wakil ganda putra ke Paris?"