WAWANCARA EKSKLUSIF

Rahmat Erwin: Rekor Dunia, Rubicon, dan Impian Emas Olimpiade

CNN Indonesia
Minggu, 08 Okt 2023 10:56 WIB
Dalam wawancara dengan CNNIndonesia.com, Rahmat Erwin Abdullah mengungkap momen indah bersama sang ayah, bonus Asian Games 2023, hingga impian emas Olimpiade.
Rahmat Erwin Abdullah selalu menghirup tangan ayahnya sebelum melakukan angkatan. (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Kamu selalu menghirup bagian telapak tangan ayah sebelum bertanding? Sebenarnya apa itu?

Itu Counterpain. Bukan balsem. Itu gunanya agar napas sedang capek, lagi kencang-kencangnya, itu suka ada sumbatan dan bisa berpengaruh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jadi pakai itu untuk memperlancar [pernapasan]. Sudah pakai itu dari awal, sudah dari pertama kali.

Resepnya dari siapa?

Dari orang dulu-dulu juga begitu.

Di sepanjang karier dalam dunia angkat besi, apa kira-kira momen yang tidak terlupakan?

Baru saja [di Asian Games 2023], kemarin itu saya sudah ada target kalau dapat emas saya mau ajak Papa selebrasi di stage. Jadi baru saja terjadi cita-cita saja.

Ada cita-cita lain?

Ada lagi. Ini kan Asian Games, nah masih ada tingkatan di atasnya lagi. Olimpiade.

Kalau hal yang paling menyedihkan apa?

Ada yang menyedihkan. Ada yang buat down sekali ada. Kalau yang menyedihkan itu kan kita hidup adalah pilihan dan pengorbanan.

Jadi waktu itu bapak saya punya prinsip bahwa saya harus sehat di olahraga ini. Di saat itu kan ada kejuaraan di luar negeri di Thailand. Saya masih muda saat itu dan sudah waktunya naik berat badan, cuma kalau mau berangkat harus turun kelas dan turun berat badan.

Saat itu bapak saya tidak mau dan berpegang pada prinsipnya, jadi saya tetap di Indonesia dan tidak pergi. Jadi kebetulan juga nenek saya meninggal dan cukup sedih sekaligus bersyukur karena tidak jadi ikut [turnamen]. Seperti memang sudah diatur.

Kalau yang membuat down, waktu sebelum PON 2016 saya cedera lumayan lama jadinya diajak berobat, di-rontgen.

Tapi dari beberapa terapi, dari hasil rontgen dan kata dokter saya tidak boleh latihan lagi. Terus dokter yang lain ngobrol ke orangtua saya. Dokter itu bilang ke orang tua saya: "Kalau sayang anak, lebih baik tidak usah dilanjutkan lagi."

Itu tahun 2015, tapi saya tidak terima dan di situ muncul dari dalam diri saya untuk menolak kenyataan. Jadi waktu itu walaupun sakit, saya bilang justru saya membaik. Lama kelamaan saya termakan omongan sendiri dan kemudian sehat.

(rhr/har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER