Pengamat: Perilaku Kasar Pemain EPA karena Cuma Dituntut Menang

CNN Indonesia
Selasa, 24 Okt 2023 19:24 WIB
Elite Pro Academy menjadi wadah pembibitan pemain muda di Indonesia. (Arsip PSSI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengamat sepak bola nasional Yusuf Kurniawan mengkritik PSSI terkait banyak pemain muda yang berperilaku kasar dalam Elite Pro Academy (EPA) 2023.

Perilaku kasar tersebut tercermin dalam keputusan Komite Disiplin (Komdis) PSSI. Dalam rilis resmi federasi pada Senin (23/10), sebanyak 11 pemain EPA dijatuhi sanksi dan denda oleh Komdis PSSI.

Sanksi yang dijatuhkan beragam, tergantung pelanggaran yang dilakukan. Ada yang disanksi dua pertandingan, ada pula yang enam laga. Jenis pelanggarannya dari mulai memukul hingga meludahi lawan dan wasit.

Yusuf menilai perilaku kasar para pemain ini terjadi karena banyak faktor. Salah satunya karena para pemain didatangkan klub dari sekolah sepak bola (SSB). Hanya sedikit yang benar-benar melakukan pembinaan.

"Sebagian besar pemain EPA ini tidak dikader dari usia dini. Mereka baru diambil dari SSB setelah memasuki usia remaja. SSB itu yang sekarang banyak ikut turnamen-turnamen yang menuntut menang-menangan."

"Jadi terbiasa menghalalkan segala cara: main kasar, tidak sportif, tidak respek. Ditambah lagi, mereka melihat perilaku senior-seniornya di liga Indonesia juga seperti itu," kata Yusuf kepada CNN Indonesia.

Tidak hanya para pemain, para pelatih pun selalu dituntut manajemen klub untuk meraih kemenangan. Ini membuat orientasi dari para pelatih adalah bagaimana caranya tim menang.

Efek sampingnya, para pelatih tidak lagi fokus mengembangkan karakter pemain. Apalagi para pemain dan pelatih ini sebagian besar langsung dilepas klub setelah EPA selesai.

Pria yang biasa disapa Yuke ini melihat banyak klub yang tidak komitmen melakukan pembinaan. Hanya sebagian kecil yang serius melakukan pembinaan lewat akademi, seperti Persija, Borneo FC, atau Bali United.

"Jadi yang di pikiran mereka harus menang. Kalau sudah harus, ya seperti itu [perilaku kasar] efeknya. Pelatih-pelatih di EPA ini juga kebanyakan ditekan pressure harus prestasi oleh manajemen," katanya.

"Jadi si pelatih tidak lagi fokus untuk mengembangkan karakter pemain-pemainnya, melainkan bagaimana caranya tim harus menang. Toh selepas EPA mereka [pelatih atau pemain] akan dibubarkan lagi," ujar Yusuf.

Baca lanjutan artikel ini pada halaman selanjutnya>>>

Dipengaruhi Kepemimpinan Wasit


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :