Para penonton pertandingan pertama grup A Piala Dunia U-17 2023, Jumat (10/11) lalu, mengaku mengalami kejadian tak mengenakkan saat pulang dari Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya.
Mereka terpaksa harus menunggu berjam-jam dan berjalan kaki akibat tak kunjung mendapatkan tumpangan shuttle bus yang disediakan Pemerintah Kota Surabaya.
Salah satu penonton, Andhi Dwi (26) mengatakan usai keluar dari stadion, ribuan penonton kemudian saling berebut shuttle bus dan angkutan feeder tanpa ada antrean.
"Aku nunggu sekitar satu jam di lokasi, tapi busnya enggak datang, adanya feeder (mobil angkutan Pemkot) dan itu langsung penuh, padahal aku keluar [dari stadion duluan]," kata Andhi saat dikonfirmasi, Minggu (12/11).
Saat shuttle bus datang pun, Andhi mengatakan, para suporter itu langsung saling berebut bahkan sampai saling dorong dan berdesak-desakan.
"Kelihatan banget dusel-duselan-nya (desak-desakannya), kasihan lihatnya," ucapnya.
Karena tak kebagian shuttle bus, Andhi dan temannya kemudian memilih berjalan kaki sejauh 2-3 kilometer, ke tempat kendaraan mereka terparkir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya, Tundjung Iswandaru, mengaku bakal mengevaluasi dan memaksimalkan shuttle bus yang digunakan untuk mobilitas penonton Piala Dunia U-17.
Ia menjelaskan, Pemkot Surabaya mengerahkan sebanyak 130 unit bus untuk mengangkut penonton yang berangkat maupun yang pulang dari Stadion GBT.
Ratusan bus tersebut disebar di enam titik penjemputan yang telah disediakan oleh panitia lokal (LOC) Piala Dunia U-17 dan Pemkot Surabaya.
Pada saat pemberangkatan, kata dia, sebenarnya tidak ada masalah dengan pengangkutan. Bahkan sebelum Maghrib, seluruh bus tuntas mengangkut penonton sampai di area parkiran lapangan A, B dan C Stadion GBT.
![]() |
Namun, setelah pertandingan selesai pada pukul 21.00 WIB, puluhan ribu penonton keluar bersamaan ke area titik penjemputan untuk bergegas pulang. Di saat itulah penonton mulai rebutan agar bisa menaiki bus lebih dulu.
"Memang tidak sebanding antara orang (penumpang) dengan bus. Berangkat itu kan bisa beberapa kali antar, nah pulangnya mereka minta segera, bersamaan. Kalau waktu bersamaan kan butuh proses waktu pengangkutan," kata Tundjung.
Untuk meminimalisir antrean, Dishub sebenarnya telah menambah 30 unit armada bus. Sehingga total bus yang tersedia malam itu menjadi 160 unit. Armada yang ditambahkan yakni, bus Semanggi Suroboyo, Suroboyo Bus, bus sekolah, dan angkutan feeder Wara Wiri.
"Tapi kalau waktunya bersamaan kan butuh proses pengangkutan, orang juga bolak-balik bus tersebut," ujarnya.
Meski demikian, ia memastikan, para penonton yang hadir dalam pembukaan Piala Dunia U-17, Jumat (10/11) terangkut seluruhnya. Pengangkutan dilakukan dari pukul 21.00 WIB hingga 23.00 WIB.
Agar tidak terjadi penumpukan lagi pada pertandingan selanjutnya, ia mengaku akan melakukan evaluasi alur shuttle bus. Dia berharap, setelah dilakukan evaluasi tidak akan ada lagi penumpang yang berebut atau menunggu lama di titik penjemputan.
"Besok akan kita atur ulang, kita evaluasi lagi seperti apa alurnya. Kita rekayasa lagi, kita atur lagi bagaimana sebaiknya," kata dia.
Tundjung juga mengimbau kepada para penonton bisa tertib menunggu bus di titik penjemputan. Tujuannya untuk menghindari adanya antrean panjang.
"Kemarin sudah kami imbau untuk naiknya di dalam [area stadion]. Memang kita sadari kemarin tidak sebanding (jumlah bus), tetapi sudah kita buatkan shelternya, maksudnya kan biar masuk shelter dulu baru naik," pungkasnya.