Performa mengecewakan di babak pertama coba diperbaiki Timnas Indonesia di babak kedua.
Perubahan pertama dilakukan dengan menarik Shayne Pattynama dengan memasukkan Pratama Arhan. Masuknya Arhan memperlihatkan STY ingin mencari opsi lain mencetak gol dengan spesialiasi lemparan jauh pemain Tokyo Verdy itu.
Sejumlah lemparan ke dalam dilakukan Arhan di laga ini. Akan tetapi tidak ada yang benar-benar membahayakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peluang-peluang terbaik Timnas Indonesia di babak kedua justru tercipta lewat skema open play. Pembedanya karena Arhan dan kawan-kawan tidak lagi tampil loyo.
Timnas Indonesia mau berjibaku di lapangan. Agresivitas pemain Filipina perlahan juga bisa direduksi pemain-pemain Timnas Indonesia.
Permainan yang lebih baik di babak kedua berujung gol penyama kedudukan. Aksi individu Ricky Kambuaya diakhiri umpan yang dengan tenang dikonversi jadi gol oleh Saddil Ramdani pada menit ke-70.
Sejumlah peluang lain juga didapat termasuk dari Pratama Arhan. Di sisi lain, Filipina sempat nyaris unggul kembali pada menit terakhir babak kedua andai tembakan Santiago Rublico tak menerpa mistar.
Secara keseluruhan, penampilan Timnas Indonesia sepanjang 90 menit memang tidak selayaknya diganjar tiga poin. Bahkan andai Ernando tidak tampil apik di bawah mistar, Timnas Indonesia sejatinya bisa saja pulang dengan kekalahan.
Secara permainan, Timnas Indonesia sama sekali tidak meyakinkan. Pendekatan taktik Shin Tae Yong dengan lebih banyak menurunkan pemain dengan karakter bertahan juga menuai pertanyaan.
Ini karena secara kualitas Filipina tak lebih baik dari Indonesia. Hasil satu poin dari tiga pertandingan ini juga menjadi sebuah kemunduran di tengah upaya Timnas Indonesia mengintip peluang lolos ke putaran ketiga.
Perjalanan di Kualifikasi Piala Dunia 2026 memang masih panjang. Tetapi dari apa yang ditampilkan di dua pertandingan, Timnas Indonesia butuh pembenahan besar jika ingin membuka peluang lolos ke fase selanjutnya.
(jun)