Selepas turun minum, sistem pertahanan Indonesia tak langsung solid. Digantinya Asnawi Mangkualam dengan Witan Sulaeman, malah membuat sedikit celah.
Gawang Indonesia pun kebobolan di awal babak pertama. Beruntung gol itu akhirnya dianulir wasit. Sebelum gol tercipta, pemain Irak terlebih dahulu berada dalam posisi offside.
Kontras dengan babak pertama, Indonesia mulai bisa menguasai jalannya laga. Pada 15 menit pertama pertahanan Irak dikepung. Sejumlah peluang juga berhasil diciptakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayang, upaya Indonesia untuk menyamakan kedudukan buntu. Struick benar-benar kehilangan sentuhan. Sudah begitu Shin seperti alfa bahwa ada hukum pergantian untuk memecah kebuntuan.
Pada saat yang sama Singa Mesopotamia melakukan pergantian pemain dan mencoba strategi baru. Upaya ini berbuah manis. Lewat serangan sayap cepat, Irak memperlebar kedudukan.
Dengan keunggulan ini, Irak lantas memilih bermain aman. Jalal Hassan dan kawan-kawan tidak lagi memburu gol. Mereka memilih bermain menunggu dan sesekali membuat serangan gertakan.
Saat waktu menyisakan 10 menit waktu normal, Irak menambah pemain bertahan. Ini isyarat bahwa mereka mulai main pragmatis; yang penting menang; jangan sampai imbang.
Hingga peluit akhir ditiup wasit Ilgiz, tak ada gol tambahan tercipta. Upaya Shin memasukkan tenaga baru, seperti Ricky Kambuaya, Marc Klok, dan Dimas Drajad, dan Sandy Walsh belum sempat bertuah.
Shin seperti baru tersadar bahwa terlalu banyak tenaga muda yang ia mainkan. Timnas seperti kekurangan pemain berpengalaman dan punya jam terbang di laga bergengsi ini.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Irak sudah main rapat dan pemain yang baru masuk telat panas. Jangankan mengubah situasi, mereka ini malah tak bisa menelurkan sentuhan terbaiknya.
Karena itu Timnas Indonesia harus bangkit dan main lebih disiplin pada laga selanjutnya, melawan Vietnam pada Jumat (19/1). Laga ini tak boleh berakhir dengan kekalahan.