TESTIMONI

Anton Suseno: Maestro Tenis Meja Indonesia Bergaji Dolar di Swedia

Anton Suseno | CNN Indonesia
Rabu, 21 Feb 2024 19:15 WIB
Legenda tenis meja Indonesia Anton Suseno berbicara soal pengalaman dan kenangan indah selama aktif menjadi atlet dalam Testimoni CNNIndonesia edisi kali ini.
Anton Suseno dua musim bermain di klub Swedia, BTK Stratos. (Arsip Pribadi)

Di tahun yang sama, saya ikut kejuaraan tenis meja di Swedia. Tim putra Indonesia berhasil menembus ranking 21 dunia di saat persaingan sedang ketat-ketatnya.

Ternyata ada salah satu pelatih klub profesional Swedia yang memantau. Dia kemudian menawarkan saya gabung klub yang dilatihnya, BTK Stratos.

Saya senang tapi bingung bagaimana caranya karena belum pernah juga pemain tenis meja Indonesia main di klub luar negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PTMSI kemudian keluarkan izin dan saya resmi jadi atlet tenis meja pertama Indonesia yang direkrut klub profesional di luar negeri.

Saya ingat betul gaji saya saat itu 1.000 dolar per bulan untuk berdurasi enam bulan di musim 1993/1994. Terus terang, itu jumlah uang yang sangat lumayan di zaman itu.

Di musim pertama, saya tak pernah kalah dan hampir tiap minggu jadi headline di koran-koran lokal Swedia. Bangga rasanya bisa dihargai di negeri orang.

Kemudian klub saya berhasil menembus Divisi Utama atau kompetisi tenis meja paling top di Swedia. Saya kembali dikontrak di musim 1994/1995 dan tetap jadi pemain utama. Kemudian nilai kontrak naik dua kali lipat jadi 2000 dolar.

Sayang, saya kewalahan di musim kedua karena harus berhadapan dengan para pemain top dunia. Saya pernah hadapi mantan juara dunia dan juga juara Olimpiade. Saya hanya bisa menang sekali di sepanjang musim.

Anton SusenoAnton Suseno merupakan legenda tenis meja Indonesia. (Arsip Pribadi)

Secara mental saya siap bermain lawan siapa saja dan enggak pernah minder. Tapi, memang saya harus akui kalah jam terbang dan pengalaman.

Banyak yang saya pelajari selama dua musim main di Swedia. Di sana kompetisinya banyak dan mandiri. Kalau di Indonesia, hanya turnamen yang timbul-tenggelam dan tidak rutin.

Setelah dua tahun di Swedia, saya balik ke Indonesia dan kembali tampil di Olimpiade Atlanta 1996. Sempat istirahat setahun di 1997, kemudian juara SEA Games 1999 di ganda putra berpasangan dengan Hadi Yudo Prayitno.

Persaingan mulai berat karena Singapura naturalisasi atlet China. Saya kalah di final lawan tunggal putra Singapura naturalisasi China. Akhirnya dapat perak. Mungkin bisa emas kalau mereka nggak pakai pemain naturalisasi.

Tahun 2000 saya kembali main di Olimpiade. Saya jadi satu-satunya pemain tenis meja yang tiga kali berturut-turut main di Olimpiade. Ini menjadi rekor yang belum bisa dipecahkan sampai sekarang.

Anton SusenoAnton Suseno juga aktif sebagai pengusaha tambang. (Arsip Pribadi)

Setahun kemudian saya berhenti dari timnas. Sebenarnya saya masih merasa mampu main di Olimpiade 2004, tapi hidup ini pilihan. Saya menikah dan memilih mengurangi kesibukan di event internasional. Di PON Masih ikut sampai benar-benar berhenti di tahun 2007.

Setelah pensiun saya terjun jadi pelatih di klub, tergabung di Asosiasi Olympians Indonesia, pengurus di PB PTMSI sempat jadi sekjen, ketua harian, tapi capek juga karena konflik dualisme federasi.

Saya berharap dualisme PTMSI segera selesai. KOI, KONI, Menpora bisa terjun langsung untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan. Sedih rasanya melihat prestasi tenis meja Indonesia terus menurun karena konflik ini.

Saya yakin prestasi tenis meja Indonesia bisa kembali bangkit jika tiga faktor penunjang terpenuhi. Atlet bagus, pelatih berkualitas, dan pengurus federasi yang bagus juga. Semoga tenis meja Indonesia bisa kembali berprestasi seperti sedia kala.

(jun/har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER