Jakarta, CNN Indonesia --
PSSI resmi menunjuk Nova Arianto sebagai pelatih Timnas Indonesia U-16 pekan ini. Nova yang juga asisten Shin Tae Yong (STY) itu bertugas jadi pemantik 'api' pemain dari skuad kelompok usia muda.
Timnas Indonesia U-16 adalah anak tangga pertama dari jajaran skuad Garuda. Ada tantangan tersendiri melatih 'Anak Baru Gede' (ABG) karena rata-rata belum berstatus pemain profesional.
Situasi ini langsung dirasakan Nova yang kebetulan baru pertama kali menjadi pelatih kepala di level timnas. Dalam sesi latihan perdana Timnas U-16 di Jakarta pada Senin (19/2) lalu, ia berhadapan dengan mayoritas pemain yang masih hijau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak heran jika pelatih 45 tahun itu memberi program latihan dasar seperti mengoper dan mengontrol bola. Dirinya bahkan kerap memberi arahan dengan nada suara tinggi dari pinggir lapangan.
Bahkan dalam sebuah kesempatan, ada salah satu pemain yang nyaris terkena gebok tendangan Nova karena salah cara mengoper bola. Selain itu, ada pula yang diomeli Nova karena menggiring bola dengan kepala menunduk tanpa melihat rekan-rekan setim.
Ini jadi sinyal bahwa Nova punya gaya yang lebih galak dibandingkan pelatih sebelumnya, Bima Sakti yang cenderung kalem.
Nova tentu punya alasan dengan gaya kepelatihannya. Sebab setelah kena 'semprot' akibat lalai dalam teknik dasar, para pemain langsung bisa memperbaiki kesalahannya masing-masing.
"Mereka rata-rata bermain di SSB jadi saya melihat mereka membawa gaya dari masing-masing SSB atau akademi. Tapi saya ingin menunjukkan pada mereka ini lho cara main sepak bola sekarang. Saya mau pilih pemain yang benar-benar sesuai dengan filosofi saya, termasuk dengan tinggi badan," kata Nova usai sesi latihan, Senin (19/2) lalu.
Cara yang dilakukan Nova sejauh ini cukup efektif. Arah operan jadi jelas, aliran bola semakin mulus, dan cara menerima bola juga lebih lengket. Pemain yang sekilas nampak mentah, jadi lebih matang dengan program dan cara latihan yang diberikan.
Kendati demikian, ini masih tahap awal dalam pembinaan pemain, dan Nova Arianto adalah penjaga gerbang paling depan dari struktur tim nasional.
Baca di halaman berikutnya>>>
Timnas U-16 bukanlah skuad yang patut dipandang sebelah mata hanya karena usia belia atau minim pengalaman berlaga. Ketika tampil di Piala Dunia U-17 2023, Indonesia membuktikan nyali mereka.
Meski tampil di pentas dunia berkat status tuan rumah, tim besutan Bima Sakti kala itu tampil percaya diri menghadapi tim elite semisal Ekuador dan Maroko. Sebagai debutan, torehan dua kali imbang dan sekali kalah nampaknya tidak seburuk itu.
Sudah seharusnya ajang sekelas Piala Dunia U-17 jadi pendongkrak standar Timnas Indonesia U-16. Terutama ketika tim berjulukan skuad Garuda Asia itu menjuarai Piala AFF U-16 2022.
Meski gagal lolos ke putaran final Piala Asia U-17 2023, sejatinya level Indonesia memang bukan seputar di Asia Tenggara. Ini terlihat dari catatan Kualifikasi Piala Asia U-17 2023.
Kala itu, Indonesia hanya berselisih satu poin dari Malaysia yang lolos ke Piala Asia U-17 2023. Kendati demikian, tim Merah Putih sempat menang atas Uni Emirat Arab dan Palestina. Ini tanda Indonesia punya kualitas.
Rentetan faka itu harus disadari Nova Arianto. Orientasinya tidak boleh hanya sekadar berjaya di Asia Tenggara, tapi harus mampu bicara di panggung Asia, bahkan dunia.
Karena itu, tak heran jika dirinya diminta PSSI menangani Timnas U-16. Sebab selain Piala Asia U-17, ada Piala Dunia U-17 2025 yang terbuka untuk Indonesia.
Tapi sebelum menatap jauh ke Piala Dunia U-17, tugas pertama Nova adalah memimpin anak asuhnya di Piala AFF U-16 2024 dan Kualifikasi Piala Asia U-17 2024. Kedua ajang ini dijadwalkan bergulir pertengahan 2024.
Jika cita-citanya membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia U-17 2025, maka saat inilah waktu yang tepat untuk memupuk skuad menuju ke sana.
Ia perlu sadar bahwa pemain bintang Timnas U-16 di Piala Dunia U-17 2023 dipastikan tidak akan bisa tampil di Piala Dunia U-17 2025. Nova harus melepas beberapa sosok seperti Iqbal Gwijangge dan Arkhan Kaka.
Karena itu dirinya harus melahirkan generasi baru dan potensial seperti yang dilakukan Bima Sakti. Cara galak yang dilakukannya pun dipandang bukan masalah selama berkaitan dengan permainan.
"Setiap pelatih punya karakter personal, yang penting gaya permainan tidak jauh berbeda dan searah dengan kelompok usia di atasnya," kata Pengamat Sepak Bola Nasional, Kusnaeni kepada CNNIndonesia.com, Kamis (22/2).
"Itu persoalan individu, coach Nova dan coach Bima berbeda. Ini tidak memengaruhi system of play. Yang penting adalah gaya kepelatihan dalam bermain sepak bola seperti apa," ujarnya menambahkan.
Dari pernyataan Bung Kus di atas, sejalan dengan efek yang nampak setelah Nova menyemprot pemainnya ketika melakukan kesalahan. Ini semata-mata demi peningkatan kualitas pemain masa depan Indonesia.
[Gambas:Video CNN]