Timnas U-16 bukanlah skuad yang patut dipandang sebelah mata hanya karena usia belia atau minim pengalaman berlaga. Ketika tampil di Piala Dunia U-17 2023, Indonesia membuktikan nyali mereka.
Meski tampil di pentas dunia berkat status tuan rumah, tim besutan Bima Sakti kala itu tampil percaya diri menghadapi tim elite semisal Ekuador dan Maroko. Sebagai debutan, torehan dua kali imbang dan sekali kalah nampaknya tidak seburuk itu.
Sudah seharusnya ajang sekelas Piala Dunia U-17 jadi pendongkrak standar Timnas Indonesia U-16. Terutama ketika tim berjulukan skuad Garuda Asia itu menjuarai Piala AFF U-16 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski gagal lolos ke putaran final Piala Asia U-17 2023, sejatinya level Indonesia memang bukan seputar di Asia Tenggara. Ini terlihat dari catatan Kualifikasi Piala Asia U-17 2023.
Kala itu, Indonesia hanya berselisih satu poin dari Malaysia yang lolos ke Piala Asia U-17 2023. Kendati demikian, tim Merah Putih sempat menang atas Uni Emirat Arab dan Palestina. Ini tanda Indonesia punya kualitas.
Rentetan faka itu harus disadari Nova Arianto. Orientasinya tidak boleh hanya sekadar berjaya di Asia Tenggara, tapi harus mampu bicara di panggung Asia, bahkan dunia.
Karena itu, tak heran jika dirinya diminta PSSI menangani Timnas U-16. Sebab selain Piala Asia U-17, ada Piala Dunia U-17 2025 yang terbuka untuk Indonesia.
Tapi sebelum menatap jauh ke Piala Dunia U-17, tugas pertama Nova adalah memimpin anak asuhnya di Piala AFF U-16 2024 dan Kualifikasi Piala Asia U-17 2024. Kedua ajang ini dijadwalkan bergulir pertengahan 2024.
Jika cita-citanya membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia U-17 2025, maka saat inilah waktu yang tepat untuk memupuk skuad menuju ke sana.
Ia perlu sadar bahwa pemain bintang Timnas U-16 di Piala Dunia U-17 2023 dipastikan tidak akan bisa tampil di Piala Dunia U-17 2025. Nova harus melepas beberapa sosok seperti Iqbal Gwijangge dan Arkhan Kaka.
Karena itu dirinya harus melahirkan generasi baru dan potensial seperti yang dilakukan Bima Sakti. Cara galak yang dilakukannya pun dipandang bukan masalah selama berkaitan dengan permainan.
"Setiap pelatih punya karakter personal, yang penting gaya permainan tidak jauh berbeda dan searah dengan kelompok usia di atasnya," kata Pengamat Sepak Bola Nasional, Kusnaeni kepada CNNIndonesia.com, Kamis (22/2).
"Itu persoalan individu, coach Nova dan coach Bima berbeda. Ini tidak memengaruhi system of play. Yang penting adalah gaya kepelatihan dalam bermain sepak bola seperti apa," ujarnya menambahkan.
Dari pernyataan Bung Kus di atas, sejalan dengan efek yang nampak setelah Nova menyemprot pemainnya ketika melakukan kesalahan. Ini semata-mata demi peningkatan kualitas pemain masa depan Indonesia.
(jun)