Geber Naturalisasi Timnas Indonesia Sudah, Modernisasi Liga 1 Kapan?
"Untuk selamanya sepak bola Indonesia tak akan pernah menyamai Jepang dan Korea Selatan. Indonesia sudah jauh tertinggal dan akan terus terbelakang."
Kalimat di atas merupakan asumsi rahasia. Itu adalah persepsi yang mengemuka dalam satu dekade terakhir. Namun prediksi kacamata kuda ini sepertinya akan terpatahkan dalam satu dekade ke depan. Kuncinya: Konsistensi PSSI.
Lewat program jangka pendek, naturalisasi pemain keturunan digas PSSI. Targetnya, peringkat Indonesia yang terjun bebas setelah dibekukan FIFA pada 2015, naik ke-100 besar dunia dalam dua tahun ke depan.
Sejak 2020 hingga 2024, sudah ada 11 pemain yang dinaturalisasi. Dari 11 itu, delapan di antaranya sudah disumpah menjadi WNI. Sementara tiga lainnya sedang menanti surat keputusan presiden.
Lantas ada beberapa anak diaspora yang dipanggil pulang. Elkan Baggott, Welber Jardim, dan Amar Brkic merupakan tiga di antaranya. Mereka berbakat dan bisa jadi pemain harapan Indonesia.
Semua jalan pintas ini sekilas membuahkan hasil. Permainan skuad Garuda diakui suporter makin menjanjikan. Pada saat yang sama level permainan Indonesia di level Asia juga meningkat.
Timnas Indonesia untuk kali pertama lolos dari babak grup Piala Asia, juga untuk kali pertama ambil bagian di putaran final Piala Asia U-23, serta kembali meraih medali emas sepak bola SEA Games setelah 32 tahun.
Namun muncul kegelisahan, sampai kapan jalan instan seperti ini ditempuh PSSI?
Jika naturalisasi memang hanya program jangka pendek PSSI, apa program jangka panjang untuk mengejar Jepang dan Korea Selatan?
Barang tentu jawabannya kompetisi. Kompetisi kasta profesional ditingkatkan kualitasnya, bukan hanya kemasannya. Faktanya saat ini posisi Liga Indonesia di kancah Asia juga guram.
Pada musim 2023/2024 ini, posisi kompetisi Indonesia berada di urutan ke-27 Asia. Untuk level ASEAN, Liga 1 hanya lebih baik dari Timor Leste (43), Brunei (41), Laos (37), Myanmar (32), dan Kamboja (30).
Karena itu tak ada wakil Indonesia yang lolos langsung ke Liga Champions, tidak seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Ini juga karena wakil Indonesia di Piala AFC tak ada taringnya. Masuk angin.
Klub Indonesia juga harus naik kelas. Kalau Timnas Indonesia bisa naik pamor dengan program naturalisasi, Liga Indonesia perlu juga dicarikan formula agar bisa melenting ke atas.
Satu langkah bijak sudah diambil PSSI dengan memakai teknologi video assistant referee (VAR). Hanya saja VAR tidak akan meningkatkan kualitas pemain. VAR hanya meningkatkan nilai industri kompetisi.