Jakarta, CNN Indonesia --
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong memasuki akhir periode kontrak masa jabatannya. PSSI memegang kendali penuh terhadap nasib STY di skuad Garuda.
Sejak resmi diperkenalkan sebagai pelatih Timnas Indonesia pada Desember 2019 lalu, STY terikat kontrak selama empat tahun hingga Desember 2023. PSSI kemudian memperpanjang kerjasama dengan juru taktik asal Korea Selatan itu selama enam bulan hingga Juni 2024.
Pertimbangan PSSI untuk menambah napas STY di Indonesia sangat jelas. Ada agenda padat nan besar yang dihadapi skuad Garuda pada separuh tahun ini. Piala Asia 2023 (2024), Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, dan Piala Asia U-23 2024 jadi contoh agenda penting yang dimaksud.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepercayaan PSSI terhadap STY sejauh ini sudah dibayar dengan pencapaian impresif. Target lolos babak 16 besar Piala Asia 2023 sudah terpenuhi. Pola permainan secara umum dari Jordi Amat dan kawan-kawan di panggung tertinggi Asia juga mendapat banyak pujian.
Dukungan terhadap STY semakin deras. Ujaran 'STY Stay' terus menggelora. Menyikapi hal ini, PSSI memilih tetap pada prinsip awal: tak ada pembicaraan kontrak lebih lanjut sebelum Piala Asia U-23 2024.
Ketua PSSI, Erick Thohir menjadikan Piala Asia U-23 2024 sebagai salah satu tolok ukur nasib STY. Seperti Piala Asia senior, pihaknya juga menargetkan Timnas Indonesia U-23 lolos dari babak grup.
 Shin Tae Yong kontraknya akan berakhir pada Juni 2024. (CNN Indonesia/Mundri Winanto) |
Melaju ke fase gugur sedianya merupakan prestasi tersendiri karena Indonesia satu-satunya peserta yang berstatus debutan dalam turnamen level junior itu. Tapi sebenarnya, lolos ke babak 16 besar Piala Asia U-23 2024 tidak berarti apa-apa jika sudut pandang diperluas ke lingkup yang lebih besar.
Piala Asia U-23 2024 merupakan rangkaian kualifikasi menuju Olimpiade Paris 2024. Wakil Asia memiliki jatah maksimal empat tim yang bisa berlaga di pesta olahraga tertinggi dunia tersebut.
Tiga tim yang terdiri dari dua finalis dan satu pemenang semifinal mendapat masing-masing satu tiket ke Olimpiade. Sedangkan tim yang kalah di semifinal akan melalui babak playoff lebih dulu melawan peserta dari benua lain.
Artinya, Indonesia minimal harus bisa menembus babak semifinal jika ingin membuka kesempatan berpentas di Olimpiade. Oleh karena itu, lolos babak 16 besar yang ditargetkan PSSI terkesan tanggung meski nampak realistis menyusul status debutan.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Menjadikan Piala Asia U-23 2024 sebagai salah satu tolok ukur nasib STY adalah hak penuh PSSI. Tapi ada langkah lebih bijak yaitu dengan menunggu hasil Kualifikasi Piala Dunia 2026 sesi Juni yang kebetulan juga bertepatan dengan bulan berakhirnya kontrak STY.
Timnas Indonesia akan menjalani fase terakhir putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Asnawi Mangkualam dan rekan-rekan bakal melawan Irak pada 6 Juni dilanjutkan menghadapi Filipina pada 11 Juni.
Dengan kontrak STY yang diproyeksikan habis pada 30 Juni, maka menanti hasil dua pertandingan kualifikasi akan jadi keputusan yang lebih adil alih-alih 'palu' penghakiman diketuk setelah Piala Asia U-23 2024 yang berlangsung di Qatar mulai 15 April mendatang.
Seandainya Indonesia gagal total di Piala Asia U-23 dan STY langsung dipecat, bukan tak mungkin muncul tendensi negatif terhadap PSSI yang seolah ingin cepat-cepat melahirkan era baru dalam kepelatihan. Padahal masih ada momen pembuktian lainnya yaitu kualifikasi Piala Dunia.
Kesempatan Indonesia di kualifikasi piala dunia terbilang cukup besar. Sapu bersih kemenangan atas Vietnam membuka peluang tim Garuda menuju babak ketiga kualifikasi yang jadi pintu gerbang utama menuju putaran final Piala Dunia 2026.
Indonesia hanya butuh satu kemenangan dari dua pertandingan sisa untuk memastikan satu tempat di babak ketiga. Dan ini hanya bisa dilakukan di bulan Juni atau setelah Piala Asia U-23 2024 yang berlangsung 15 April hingga 3 Mei.
Saat ini, STY sedang berada di atas angin. Gelombang suporter memberi dukungan penuh terhadap pelatih asal Korea Selatan itu. Teriakan 'Shin Tae Yong! Shin Tae Yong!' yang bergema nyaris di semua pertandingan Timnas Indonesia jadi bukti STY memegang hati massa.
Karena itu, sebaiknya PSSI tak menjadikan Piala Asia U-23 sebagai satu-satunya bahan kajian. Fokus pada pencapaian di Kualifikasi Piala Dunia 2026 adalah langkah ideal.
Terlebih lagi, ada kemungkinan Timnas Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 juga tak mengerahkan kekuatan penuh. Ini disebabkan oleh dinamika dengan lobi-lobi antara PSSI bersama klub pemilik pemain.
Klub tak punya kewajiban melepas pemain ke Timnas U-23 karena Piala Asia U-23 tak masuk ke dalam agenda FIFA. Karena itu, butuh pendekatan yang lebih persuasif dari PSSI agar klub bersedia mengirim pemain ke tim nasional.
Satu hal yang perlu dilakukan adalah lobi langsung yang dilakukan STY dengan klub untuk membicarakan pemain. Sayangnya, secara terbuka diskusi empat mata dan dari hati ke hati tidak pernah dilakukan STY.
Diskusi dengan klub selalu diwakili oleh PSSI. Sempat satu masa terjadi gesekan antara Timnas Indonesia dengan pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll. Tapi persoalan diselesaikan dengan pertemuan Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri dan Wakil Presiden Persija Ganesha Putra.
Tarik-ulur bisa saja kembali terjadi dalam konteks pemanggilan pemain untuk Piala Asia U-23 2024. Karenanya, PSSI semestinya menerima apapun hasil yang diraih oleh skuad Garuda Muda dalam turnamen itu dan tidak menjadikannya indikator tunggal dalam penentuan nasib STY.
[Gambas:Video CNN]