Semua pihak sadar diri. Indonesia belum selevel Jepang, Australia, atau Arab Saudi. Kalau soal jangan kalah sebelum bertanding, sudah pasti mentalitas ini dimiliki pemain Timnas.
Pertanyaan pertama lantas muncul, bisakah Indonesia menjuarai Grup C? Tak ada yang tidak bisa, akan tetapi rasa-rasanya berlebihan menyebut Indonesia akan juara grup.
Kalau lolos otomatis tak bisa, apakah mungkin lolos ke fase keempat kualifikasi? Peringkat ketiga dan keempat Grup C memang paling memungkinan untuk digapai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kuncinya tentu bukan di laga pertama atau saat melawan Arab. Kuncinya ada di pertandingan kandang pertama, saat menjamu Australia pada 10 September 2024.
Mengapa pas lawan Australia? Tak bisa dinafikan bahwa laga kandang selalu punya magis lebih. Laga kandang Indonesia di fase kedua kualifikasi misalnya, melawan Vietnam, jadi kunci.
Begitupun saat lawan Australia, akan menjadi kunci. Tentu saja perjalanan pulang dari Arab Saudi ke Indonesia menentukan. Jika transit, fisik pemain bisa terkuras habis.
![]() |
Kisah kelam perjalanan dari Irak ke Filipina jadi contoh. Penerbangan panjang dengan transit membuat pemain tidak prima di laga kedua. PSSI kiranya menyiapkan ini dengan matang.
Hal sama berlaku untuk pertandingan periode Oktober melawan Bahrain dan China. Untuk dua laga tandang ini, mau tak mau PSSI harus menyiapkan akomodasi terbaik.
Jika tidak disiapkan dengan bagus, kans meraih poin di kandang lawan akan berat. Apalagi ada potensi Indonesia kalah dari Arab Saudi dan Australia pada September 2024.
Jangan sampai Indonesia seperti Vietnam dan Thailand. Empat laga pertama, melawan Arab Saudi, Australia, Bahrain, dan China, akan membuka tabir seberapa besar kans Indonesia.
PSSI juga perlu bijak menetapkan stadion tempat bertanding. Surabaya sejauh ini jadi pilihan untuk laga melawan Australia, tetapi ada baiknya tetap di GBK, Senayan, Jakarta.