Jakarta, CNN Indonesia --
Tidak ada pesta berlebihan di Stadion Manahan, Solo pada Minggu (4/8) malam, usai Arema FC juara Piala Presiden 2024.
Ini gelar juara keempat Singo Edan sepanjang perhelatan Piala Presiden. Dan, ini adalah gelar pertama setelah Tragedi Kanjuruhan yang menelan 135 jiwa Aremania meninggal dunia.
Awalnya, tak ada yang memprediksi Arema akan juara di turnamen pramusim ini. Musim lalu, tim yang akan ulang tahun ke-37 pada 11 Agustus nanti, terseok-seok di Liga 1 2023/2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dendi Santoso dan kawan-kawan bahkan nyaris degradasi. Mereka menempati peringkat ke-15 klasemen akhir liga dengan 38 poin, terpaut tiga angka dari Rans Nusantara yang turun kasta.
Musim lalu, setelah Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, Arema nyaris bangkrut. Klub krisis finansial, sponsor cabut, dan para pemainnya seperti kehabisan darah.
Kemarin malam, Johan Ahmad Alfarizie prima lagi. Umpan-umpan kapten Arema ini berbobot dan daya duelnya berotot. Pemain yang empat kali juara Piala Presiden ini seolah reinkarnasi.
Padahal, selepas Tragedi Kanjuruhan, pria 34 tahun ini salah satu yang paling terpukul jiwanya. Alfarizie bak sedang menyanyikan kebangkitan untuk Malang Raya.
Arkhan Fikri, gelandang 19 tahun yang dinobatkan sebagai pemain muda terbaik Piala Presiden 2024, juga tampil riang. Ia berlari, berduel, juga mengumpan sambil mengulum senyuman.
Begitulah kira-kira gambaran lain Piala Presiden 2024 ini. Arema yang hampir mati suri, mulai bernapas lagi. Arema sebagai kultur sebuah kota, Malang, dari redup menyala lagi.
Dua jam usai selebrasi juara, Arema menyebar rilis. Sebanyak 13,5 persen dari total hadiah juara sebesar Rp5,250 miliar akan disumbangkan untuk keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
Tragedi Kanjuruhan sama sekali tak dilupakan, dan memang tak pantas dilupakan. Sebaliknya, Tragedi Kanjuruhan dijadikan titik balik untuk semakin lebih baik.
Ini sejalan dengan prinsip-prinsip yang dianut Piala Presiden. Saat pembukaan Piala Presiden 2024 di Stadion Si Jalak Harupat, Tragedi Kanjuruhan dijadikan memori introspeksi.
Baca kelanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
Malam kemarin, di tengah suhu sejuk Kota Solo, nyaris tak ada yel-yel khas Aremania. Hanya sesekali ada teriakan 'Singo Edan' dari penonton yang adalah warga Surakarta.
Tribune Stadion Manahan yang berkapasitas 20.000 tempat duduk tak penuh. Banyak yang kosong. Ini kali pertama laga final Piala Presiden sepi penonton dibanding lima edisi sebelumnya.
Namun, ini sebuah konsekuensi besar yang diambil PSSI. Federasi sepak bola ini dengan tegas melarang tim tamu hadir dalam laga tandang, seperti diminta FIFA selama masa transformasi.
Bagi suporter, ini sakit. Bagi penyelenggara Piala Presiden 2024 juga pahit. Namun, cara keras PSSI ini didukung penuh, demi misi lebih besar: mendewasakan suporter.
Jika di Piala Presiden edisi-edisi sebelumnya transparansi, profesional, dan membangkitkan ekonomi jadi penekanan, di edisi 2024 ini mendewasakan suporter ditegaskan.
Ketua Steering Committeee Piala Presiden 2024 Maruarar Sirait dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir menegaskan itu di laga final. Kedewasaan suporter membuat ajang ini berjalan lancar.
Sebagai contoh, fan Borneo FC, yang hadir di Stadion Manahan dan bernyanyi sepanjang laga, tak anarkis meski tim kesayangannya kalah dari Arema lewat adu penalti.
Suporter Persis Solo juga demikian. Nyaris tak ada insiden saat Laskar Sambernyawa kalah dari Arema di babak semifinal. Namun, memang ada sedikit insiden di Bandung.
Setelah Piala Presiden 2024, jika kedewasaan suporter yang terus dibangun berjalan baik selama Liga 1 2024/2025, ada kans larangan tandang akan dihapus pada musim depan.
Bila tidak ada perubahan, masih banyak kericuhan sebelum, saat, atau selepas pertandingan sepak bola, pengetatan penonton harus tetap dilakukan. Tak ada kompromi.
Begitupun Aremania. Jika Tragedi Kanjuruhan memang menghantam jiwa, tak boleh ada lagi kericuhan sepak bola di Malang Raya. Seperti di Piala Presiden 2024, mulailah bangkit.
Jika Aremania punya nyanyian "Apa kata dunia Indonesia tanpa Arema," buktikan ini bukan slogan belaka. Bersenandunglah, Arema. Aremania, ayo kreatif lagi. Jauhi arogansi.
[Gambas:Video CNN]