ANALISIS

Piala Presiden 2024: Bersenandunglah, Arema FC

Abdul Susila | CNN Indonesia
Senin, 05 Agu 2024 08:49 WIB
Juara Piala Presiden 2024 bisa jadi momen kebangkitan Arema FC setelah Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 jiwa.
Piala Presiden 2024 yang tanpa penonton tim tamu harus jadi instrospeksi bagi suporter. (ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA)

Malam kemarin, di tengah suhu sejuk Kota Solo, nyaris tak ada yel-yel khas Aremania. Hanya sesekali ada teriakan 'Singo Edan' dari penonton yang adalah warga Surakarta.

Tribune Stadion Manahan yang berkapasitas 20.000 tempat duduk tak penuh. Banyak yang kosong. Ini kali pertama laga final Piala Presiden sepi penonton dibanding lima edisi sebelumnya.

Namun, ini sebuah konsekuensi besar yang diambil PSSI. Federasi sepak bola ini dengan tegas melarang tim tamu hadir dalam laga tandang, seperti diminta FIFA selama masa transformasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi suporter, ini sakit. Bagi penyelenggara Piala Presiden 2024 juga pahit. Namun, cara keras PSSI ini didukung penuh, demi misi lebih besar: mendewasakan suporter.

Jika di Piala Presiden edisi-edisi sebelumnya transparansi, profesional, dan membangkitkan ekonomi jadi penekanan, di edisi 2024 ini mendewasakan suporter ditegaskan.

Ketua Steering Committeee Piala Presiden 2024 Maruarar Sirait dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir menegaskan itu di laga final. Kedewasaan suporter membuat ajang ini berjalan lancar.

Sebagai contoh, fan Borneo FC, yang hadir di Stadion Manahan dan bernyanyi sepanjang laga, tak anarkis meski tim kesayangannya kalah dari Arema lewat adu penalti.

Suporter Persis Solo juga demikian. Nyaris tak ada insiden saat Laskar Sambernyawa kalah dari Arema di babak semifinal. Namun, memang ada sedikit insiden di Bandung.

Setelah Piala Presiden 2024, jika kedewasaan suporter yang terus dibangun berjalan baik selama Liga 1 2024/2025, ada kans larangan tandang akan dihapus pada musim depan.

Bila tidak ada perubahan, masih banyak kericuhan sebelum, saat, atau selepas pertandingan sepak bola, pengetatan penonton harus tetap dilakukan. Tak ada kompromi.

Begitupun Aremania. Jika Tragedi Kanjuruhan memang menghantam jiwa, tak boleh ada lagi kericuhan sepak bola di Malang Raya. Seperti di Piala Presiden 2024, mulailah bangkit.

Jika Aremania punya nyanyian "Apa kata dunia Indonesia tanpa Arema," buktikan ini bukan slogan belaka. Bersenandunglah, Arema. Aremania, ayo kreatif lagi. Jauhi arogansi.



(sry)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER