Kedatangan Idzes menghadirkan nyawa di dalam lini pertahanan Timnas Indonesia. Pemain Venezia ini membawa pengaruh seni pertahanan dalam benteng kukuh Merah Putih. Tak ada gading yang tak retak, Idzes pernah membuat kesalahan saat melawan Jepang. Terlepas dari kesalahan tersebut, pemain 23 tahun ini membuktikan bisa bangkit dalam laga selanjutnya.
Pengalaman berlaga di Italia jadi barang mahal yang memperkaya gaya bertahan pemain yang sudah pernah mencetak sebuah gol untuk Timnas Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Brilian dalam mendistribusikan bola. Untuk saat ini Haye belum punya padanan di Timnas Indonesia. Ada cela berupa stamina dan ada beberapa kali hilang bola di tengah yang lantas membuat lini pertahanan harus kerepotan, namun pemain langganan timnas Belanda U-15 hingga U-21 itu ini kerap menunjukkan kecerdikan dalam bermain yang diterjemahkan dalam umpan-umpan matang.
Dari pergerakan dengan bola dan tanpa bola, pantas Haye mendapat julukan 'Sang Profesor'. Setidaknya dua hingga tiga tahun lagi Haye masih bisa bersaing di lini tengah Timnas Indonesia.
Di antara kedatangan pemain-pemain dari Eropa, Rizky Ridho menjadi salah satu produk lokal yang bisa memberi perlawanan di era STY. Namanya tak tenggelam seiring kedatangan Jordi Amat, Justin Hubner, Idzes, Mees Hilgers, dan Kevin Diks.
Yang jelas pada masa yang akan datang tantangan akan dihadapi pemain Persija tersebut lantaran Kluivert tidak mengenalnya seperti Shin yang sudah bersama sejak level kelompok umur.
Kerja keras harus selalu dilakukan Ridho di Liga 1. Tak hanya untuk mendapat perhatian Kluivert, bisa jadi ada klub luar negeri yang kepincut. Dengan demikian Ridho pun bisa naik kelas dan memiliki daya tawar mengisi posisi pemain inti di Timnas Indonesia.
Jika Kluivert mencari nilai kelokalan dalam skuad inti, Ridho bisa jadi pilihan yang pantas mengingat reputasinya selama ini di bawah Shin.
(nva/jun)