Setelah kalah Australia, Timnas Indonesia duduk di posisi keempat alias masih berada di zona lolos ke babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026. Itu berarti nasib Indonesia ke Piala Dunia masih berada di tangan sendiri.
Timnas Indonesia saat ini mengoleksi enam poin, sama halnya dengan Bahrain dan China. Dua laga berikutnya bagi Skuad Garuda adalah melawan dua negara tersebut.
Soal China masih bisa dikesampingkan sementara karena duel tersebut baru digelar pada Juni. Kini, fokus Kluivert dan tim sepenuhnya harus diarahkan ke laga lawan Bahrain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam duel lawan Bahrain, Timnas Indonesia wajib menang demi menjaga posisi tetap di zona empat besar. Dengan status main di kandang, otomatis Timnas Indonesia tidak bisa hanya menunggu dan memilih bermain bertahan.
Tetapi hal yang patut jadi perhatian, Timnas Indonesia dua kali kalah di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 ketika mengambil inisiatif menyerang. Sebelum lawan Australia, Timnas Indonesia tumbang saat coba bermain terbuka dan menyerang lawan China.
Ketika menghadapi Bahrain nanti, Kluivert harus bisa menemuka formula yang tepat, terutama dalam hal bertahan. Satu hal yang pasti, Kluivert sebaiknya tidak lagi memasang pressing agresif dengan garis pertahanan yang terlampau tinggi.
![]() |
Selain masalah garis pertahanan yang tinggi, koordinasi antarpemain juga harus diakui masih jauh di bawah harapan. Proses gol ketiga Australia yang dicetak Jackson Irvine serta dua gol lainnya dari sepak pojok menggambarkan tipisnya koordinasi tersebut.
Situasi Indonesia yang sudah tertinggal tiga gol turut menurunkan fokus dan konsentrasi pemain-pemain Indonesia. Hal-hal ini yang perlu diperbaiki dalam laga lawan Bahrain.
Timnas Indonesia sudah terjebak fatamorgana sepak bola menyerang yang berbuah petaka di laga lawan Australia. Namun Skuad Garuda tidak boleh kapok menyerang pada duel lawan Bahrain, karena main menyerang adalah hal yang harus dilakukan lantaran laga itu berstatus 'laga wajib menang'.
Main menyerang boleh saja dilakukan, tetapi Kluivert harus melakukannya dengan penuh kewaspadaan. Terutama dengan tidak lagi mengulang kesalahan soal menarik garis pertahanan terlalu tinggi sehingga meninggalkan banyak celah di belakang.
(nva)