Melawan tim seperti Taiwan yang punya teknik individu mumpuni serta kolektivitas permainan yang baik, Timnas Putri Indonesia butuh lebih dari sekadar main bagus.
Jika dalam dua laga sebelumnya Satoru Mochizuki menerapkan skema empat bek, tak ada salahnya bermain pragmatis dengan tiga bek sejajar, seperti yang sering dipakai tim putra.
Komposisi Safira Ika, Vivi Oktavia, dan Emily Julia Frederica Nahon sebagai tiga serangkai rasanya sudah solid. Tinggal bagaimana membangun chemistry yang baik antara ketiganya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siapa yang akan jadi bek sayap? Untuk bek kanan mungkin akan diberikan ke Gea Yumanda, tetapi siapa di kiri? Zahra Muzdalifah sempat mengisi pos ini, sayang performanya kurang impresif.
Pilihan lainnya, Remini Chere Rumbewas dan Noa Johanna Leatomu. Remini punya kecepatan. Hanya saja umpan silang dara asal Papua ini kurang bisa memanjakan lini depan.
Untuk menentukan siapa yang paling pas, Mochizuki perlu bicara empat mata dengan pemain. Sejauh ini posisi bek sayap kiri jadi titik lemah yang selalu dieksploitasi lawan.
Pemain seperti Helsya Maeisyaroh, yang suka melepas tembakan jarak jauh, bisa jadi opsi. Sebelumnya, pemain yang berkiprah di Jepang ini dua kali dijadikan pemain pengganti.
Sebagai pengatur serangan, peran Felicia Victoria de Zeeuw mungkin juga bisa dioptimalkan. Umpan terobosan dan penetrasi jarak dekatnya bisa jadi mesin perusak lini tengah lawan.
Tentu pula, taktik dan skema yang dibangun, akan berjalan baik jika memenuhi tiga unsur, yakni disiplin, solid, dan tenang. Tanpa ketiga unsur ini, sistem main bisa buyar.
Disiplin bertahan, utamanya, jadi persoalan. Soliditas di tengah juga perlu ditingkatkan. Adapun lini depan sangat butuh ketenangan untuk menyelesaikan peluang yang dibangun dan diperoleh.
Dan, kembali lagi, ini bisa terwujud jika hati pemain menyatu. Sebelas pemain yang tampil di lapangan dan yang duduk di bangku cadangan, saling memberikan hatinya untuk kemenangan.