Jakarta, CNN Indonesia --
Kiper muda potensial, Cahya Supriadi, punya kesempatan unjuk gigi bersama Timnas Indonesia U-23 di Piala AFF U-23 2025. Berikut profil sang benteng terakhir Garuda Muda.
Cahya Supriadi dikenal sebagai salah satu kiper muda potensial di Indonesia. Namanya mulai meroket saat membela Timnas Indonesia U-19 yang diproyeksikan mentas di Piala Dunia U-20 2023.
Ia menjadi salah satu pilar andalan Timnas U-19 kala itu bersama Marselino Ferdinan, Hokky Caraka, Kadek Arel, hingga Muhammad Ferarri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayang, para talenta muda yang dilatih Shin Tae Yong tersebut gagal manggung di ajang akbar setelah Indonesia batal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.
Meski begitu, sinar Cahya Supriadi tak langsung redup. Pesepakbola kelahiran Karawang pada 11 Februari 2003 kini berseragam PSIM Yogyakarta setelah musim lalu bermain untuk FC Bekasi City.
Cahya mengawali kiprahnya sebagai pesepakbola lewat gemblengan SSB Tunas Pupuk Kujang di Cikampek. Di sanalah semuanya bermula.
Almarhum kakak Cahya menjadi sosok paling berjasa dalam kariernya. Ketika masih kecil, Cahya sering menangis karena tak diajak bermain bola dengan anak sebaya di kampung halamannya.
"Melihat saya seperti itu, kakak saya langsung mendaftarkan saya ke SSB," kata Cahya mengenang almarhum kakak sebagaimana dikutip dari laman Garuda.Id.
Sang kakak menjadi sosok penting dalam hidupnya. Meski kini telah tiada, jejaknya masih terasa kuat dalam semangat Cahya saat ini.
"Beliau sudah meninggal, tapi inspirasinya masih membekas. Saya sering melihat dia jatuh bangun di lapangan. Dari situ saya mulai sadar bahwa sepak bola bukan cuma permainan, tapi juga bisa jadi tanggung jawab dan masa depan," ucapnya.
Baca di halaman berikutnya>>>
Dari SSB Tunas Pupuk Kujang, Cahya melangkah ke Jakarta saat usianya 13 tahun. Ia bergabung dengan Ragunan Soccer School, sebuah lompatan besar bagi seorang anak daerah yang ingin meniti karier sepak bola secara serius.
Di sana, ia mulai tampil di ajang kompetitif kelompok usia seperti Liga TopSkor dan Liga Kompas. Dua turnamen usia muda ini cukup banyak melahirkan talenta nasional.
Karier Cahya makin menanjak ketika ia direkrut tim muda Persija Jakarta. Bakatnya mulai terlihat hingga mampu menembus tim senior Macan Kemayoran.
Cahya tak hanya berkembang sebagai pemain, tetapi juga mendapat kesempatan langka bersaing langsung dengan idolanya Andritany Ardhiyasa, yang juga pernah jadi kiper andalan Timnas Indonesia.
"Itu mimpi yang jadi kenyataan. Saya sering nonton dia sejak kecil. Bisa satu tim dan bersaing dengannya jadi salah satu pencapaian besar buat saya," ujarnya.
Namanya kemudian masuk radar Timnas Indonesia kelompok usia. Bersama Timnas U-20, Cahya jadi andalan di bawah mistar dan berkesempatan tampil melawan tim-tim kuat seperti Aljazair, Venezuela, Meksiko, dan Ghana di Toulon Tournament 2022 di Prancis.
"Itu pengalaman luar biasa yang sulit saya lupakan. Kami mendapat pelajaran berharga dari pertandingan melawan negara-negara besar," ucapnya.
[Gambas:Photo CNN]
Saat ini, Cahya Supriadi berstatus sebagai pemain PSIM Yogyakarta yang siap beraksi ke Liga 1 musim depan. Ia pun kini menjadi bagian penting dari Timnas Indonesia U-23 dan ikut serta dalam pemusatan latihan di Jakarta sebagai persiapan menghadapi Piala AFF U-23 2025.
"Saya ingin terus dipercaya di Timnas, baik di level muda maupun senior. Itu target saya, terus berproses, berkembang, dan memberikan yang terbaik untuk negara ini," tutur Cahya.
[Gambas:Video CNN]