Dari SSB Tunas Pupuk Kujang, Cahya melangkah ke Jakarta saat usianya 13 tahun. Ia bergabung dengan Ragunan Soccer School, sebuah lompatan besar bagi seorang anak daerah yang ingin meniti karier sepak bola secara serius.
Di sana, ia mulai tampil di ajang kompetitif kelompok usia seperti Liga TopSkor dan Liga Kompas. Dua turnamen usia muda ini cukup banyak melahirkan talenta nasional.
Karier Cahya makin menanjak ketika ia direkrut tim muda Persija Jakarta. Bakatnya mulai terlihat hingga mampu menembus tim senior Macan Kemayoran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cahya tak hanya berkembang sebagai pemain, tetapi juga mendapat kesempatan langka bersaing langsung dengan idolanya Andritany Ardhiyasa, yang juga pernah jadi kiper andalan Timnas Indonesia.
"Itu mimpi yang jadi kenyataan. Saya sering nonton dia sejak kecil. Bisa satu tim dan bersaing dengannya jadi salah satu pencapaian besar buat saya," ujarnya.
Namanya kemudian masuk radar Timnas Indonesia kelompok usia. Bersama Timnas U-20, Cahya jadi andalan di bawah mistar dan berkesempatan tampil melawan tim-tim kuat seperti Aljazair, Venezuela, Meksiko, dan Ghana di Toulon Tournament 2022 di Prancis.
"Itu pengalaman luar biasa yang sulit saya lupakan. Kami mendapat pelajaran berharga dari pertandingan melawan negara-negara besar," ucapnya.
Saat ini, Cahya Supriadi berstatus sebagai pemain PSIM Yogyakarta yang siap beraksi ke Liga 1 musim depan. Ia pun kini menjadi bagian penting dari Timnas Indonesia U-23 dan ikut serta dalam pemusatan latihan di Jakarta sebagai persiapan menghadapi Piala AFF U-23 2025.
"Saya ingin terus dipercaya di Timnas, baik di level muda maupun senior. Itu target saya, terus berproses, berkembang, dan memberikan yang terbaik untuk negara ini," tutur Cahya.
(jun/jun/har)